Anak

Anak Jepang Dikenal Paling Sehat dan Bahagia, Apa Rahasianya?

Anak-anak yang lahir di Jepang menikmati kehidupan terpanjang dibandingkan dengan anak di negara lain.

Rauhanda Riyantama

Anak-anak Jepang. (iStockphoto)
Anak-anak Jepang. (iStockphoto)

Himedik.com - Berdasarkan hasil studi, anak di Jepang dikategorikan paling sehat dan bahagia. Berkaca dari fakta tersebut, tentu semua orangtua menginginkan anaknya tumbuh bahagia dan sehat.

Untuk mewujudkannya bukanlah hal yang mudah. Sebab memerlukan tindakan dan pola asuh yang tepat untuk anak. 

Nah, jika kamu termasuk orangtua yang juga tengah berusaha melakukan hal tersebut, kita bisa belajar dari para orangtua di Jepang.

Ya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet, anak-anak Jepang disebut sebagai anak-anak yang paling sehat dan paling bahagia di dunia.

Anak-anak yang lahir di Jepang menikmati kehidupan terpanjang dibandingkan dengan anak-anak di negara lain. Lantas, apa rahasianya? Berikut yang bisa Anda terapkan, seperti dilansir dari Times of India

1. Biarkan anak mencoba dan memiliki pengalaman dengan rasa baru

Anak-anak mudah bosan dengan makanan yang sama dan kebiasaan makan mereka sering berubah. Penting bagi seorang anak untuk bisa mencoba makanan baru. 

Nah, menyikapi hal ini sebagian besar orangtua Jepang sangat menganggap serius. Menurut para ahli, semakin seorang anak mencoba berbagai jenis makanan sehat, semakin banyak pula minat mereka pada makanan sehat saat mereka memasuki masa dewasa. 

Ketika Anda mengizinkan seorang anak untuk mencicipi makanan yang berbeda, rasa mereka juga akan berkembang dan mereka akan cenderung untuk mencoba makanan baru.

2. Biarkan mereka menikmati makanan kesukaannya

Salah satu alasan mengapa anak-anak mengembangkan ketidaksukaan terhadap makanan adalah ketika mereka berulang kali dipaksa untuk makan sesuatu yang tidak mereka sukai. Biarkan sesekali memperlakukan anak memilih apa yang mereka sukai dan jangan terlalu ketat dengan aturan tentang makan sehat. Anak-anak harus dibuat untuk menikmati makanan mereka, termasuk camilan kecil yang bisa membuat mereka menantikannya.

3. Sajikan makanan dengan piring 

Logika di balik mengapa makanan anak-anak harus disajikan dengan piring yang lebih kecil sebenarnya sederhana. Mereka seharusnya tidak merasa terintimidasi oleh ukuran piring besar dan porsi yang disajikan. Dan ketika mereka menggunakan piring yang lebih kecil, mereka didorong untuk menyajikan makanan sendiri dan ini membantu mereka memilih apa yang ingin mereka makan.

Piring berukuran normal mungkin tampak terlalu besar untuk anak-anak, begitupun porsinya yang mungkin membuat mereka merasa terintimidasi. Saat menggunakan piring berukuran lebih kecil, mereka akan menjaga porsi dan selera makan anak-anak mereka dalam perspektif yang benar.

4. Makan bersama keluarga dan biarkan anak-anak terlibat saat menyiapkan makanan

Menurut sebuah penelitian, makan bersama keluarga secara teratur dan membiarkan anak-anak ikut ke dapur menyiapkan makanan sehat dan seimbang, dapat membantu mereka mengembangkan kebiasaan makan yang baik.

Kepuasan orangtua, kehangatan dan kenikmatan yang dirasakan dikaitkan dengan penurunan obesitas, lapor sebuah penelitian. Orangtua Jepang tahu ini dan sering terlihat melakukannya.

5. Aktivitas fisik seperti berlari dan melompat

Gaya hidup yang sehat sangat bergantung pada aktivitas fisik. Tidaklah mengherankan bahwa orang-orang di Jepang lebih suka bersepeda atau berjalan cepat sebagai moda transportasi mereka untuk jarak pendek. Di satu sisi, orang tua Jepang mendorong anak-anak mereka untuk melakukan aktivitas fisik, seperti berlari dan melompat dengan serius.

Kita tahu pentingnya aktivitas fisik untuk nafsu makan yang sehat. Daripada membiarkan anak-anak Anda bermain video game selama berjam-jam, lebih baik mengajak mereka berjalan-jalan di taman atau bermain petak umpet di rumah.

6. Jangan takut terapkan pola asuh otoritatif

Berbicara soal gaya hidup sehat dan kebiasaan makan, orangtua Jepang memang cenderung membebaskan anak-anaknya memilih yang disukainya dan tidak terlalu tegas atau memaksa. Namun di sisi lain, mereka juga mengikuti pola asuh otoritatif, menetapkan pedoman bahwa anak-anak didorong untuk mengikuti apa yang mereka tetapkan.

Meski begitu, mereka siap untuk mendengarkan saran anak-anaknya dan fleksibel ketika dibutuhkan. Mereka menetapkan batas tanpa terlalu membatasi.

Artikel terkait dimuat Suara.com dengan judul: Studi: Anak di Jepang Paling Sehat dan Bahagia! Yuk Ditiru

Berita Terkait

Berita Terkini