Anak

Balita Ini Ucapkan Maaf dan Meninggal di Pelukan Ibunya

''Mama, aku minta maaf untuk hal ini,'' ucap dia.

Rima Sekarani Imamun Nissa | Dwi Citra Permatasari Sunoto

Ilustrasi balita meninggal di pelukan ibu. (pixabay)
Ilustrasi balita meninggal di pelukan ibu. (pixabay)

Himedik.com - Seorang balita bernama Brave Charlie Proctor membutuhkan transplantasi hati setelah didiagnosis menderita kanker langka pada 2016 lalu. Perjuangannya melawan penyakit tersebut telah merebut hati banyak tokoh termasuk superstar AS, Pink.

Orang tuanya, Amber Schofield dan Ben Proctor, telah melakukan penggalangan dana untuk pengobatan anaknya. Namun pada Sabtu (10/11/2018) akhir pekan lalu, Amber mengatakan putra mereka telah menghembuskan nafas terakhir.

''Tadi malam pukul 23:14 sahabatku, duniaku, Charlie, menghembuskan nafas terakhirnya. Dia tertidur dengan damai di pelukanku dan ayahnya memeluk kami berdua. Hati kami sakit. Dunia telah kehilangan seorang anak kecil yang luar biasa,'' ungkap Amber

Amber juga menujukkan bagaimana dia bangga pernah memiliki Charlie dalam hidupnya. ''Charlie, kamu memberiku kesempatan untuk menjadi seorang ibu. Tak hanya menginspirasi kami, tetapi kamu juga telah menjadi inspirasi banyak orang di seluruh dunia.''

''Kamu menunjukkan padaku apa arti cinta sebenarnya Charlie. Sekarang saatnya untuk terbang, aku sangat, sangat bangga padamu. Kau berjuang sangat keras. Anakku, aku sangat sakit. Aku akan selamanya merindukanmu sayang. Mimpi indah anakku,'' kata Amber.

Ilustrasi balita sakit. (pixabay/Free-Photos)
Ilustrasi balita sakit. (pixabay/Free-Photos)

Amber juga menuturkan bagaimana Charlie menjalani hari-hari terakhirnya. Anak kesayangannya itu terlihat sedih, lelah, muak, dan depresi.

''Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi adalah kalimat yang sering diucapkannya. Hari ini, dia sangat gelisah, berbaring, duduk, berbaring di tempat tidur, lalu di beanbag, lalu di sofa, kemudian kembali ke atas dan seterusnya.''

Amber juga masih ingat jika anaknya tiba-tiba menoleh ke arahnya dan berkata dengan suara terengah-engah, ''Mama, aku minta maaf untuk hal ini.''

Amber berpikir dia minta maaf karena dia ingin pindah tempat lagi, mengingat Charlie memang memang sangat gelisah hari itu. Namun, kenapa anaknya harus minta maaf untuk hal seperti itu?

''Tapi sekarang aku tahu dia merasa bahwa itu adalah waktunya. Hatiku hancur! Tidak ada anak yang merasakan emosi seperti yang dirasakan Charlie. Tak satupun! Tidak ada orang tua yang mau menyaksikan anak mereka perlahan pergi.''

Bagi Amber dan suaminya, melihat kondisi sang anak memburuk setiap waktu adalah hal yang paling menyakitkan. ''Jika nasib Charlie memang seperti itu, maka aku lebih suka para malaikat membawanya pergi beberapa minggu yang lalu daripada dia menderita lebih lama lagi,'' tutur Amber.

Ilustrasi balita bermain. (pixabay/FeeLoona)
Ilustrasi balita bermain. (pixabay/FeeLoona)

Bulan lalu, keluarga Charlie diberitahu bahwa anaknya hanya memiliki sisa waktu dua minggu. Bocah kecil itu didiagnosis menderita hepatoblastoma pada Februari 2016, yaitu neoplasma ganas yang ditemukan di hati dan merupakan kanker hati langka yang paling sering terjadi pada anak-anak.

''Bagaimana aku bisa sangat merindukannya bahkan ketika dia berada di sampingku? Tapi itulah yang terjadi. Aku merindukannya. Aku rindu mengobrol dengannya, memeluknya, menciumnya. Aku rindu senyumannya, aku tidak akan melihat senyum itu lagi selain di foto, aku tidak akan pernah mendengar Charlie tertawa lagi? Mohon doanya supaya ada keajaiban,'' kala itu, Amber masih ingin berharap.

Teman-teman dan keluarganya juga mati-matian mengumpulkan uang untuk membawa Charlie berobat ke Amerika. Hampir 360.000 poundsterling telah dikumpulkan untuk membantu Charlie, termasuk donasi sebesar 10.000 poundsterling dari penyanyi Pink dan 5.000 poundsterling dari pendiri Pretty Little Thing, Umar Kamani.

Namun, kini Amber dan suaminya harus merelakan kepergian Charlie.

Berita Terkait

Berita Terkini