Anak

Kekerasan pada Anak Bisa Sebabkan Gangguan Kesehatan Mental

Simak ulasannya.

Dany Garjito | Yuliana Sere

Kekerasan pada Anak Bisa Sebabkan Gangguan Kesehatan Mental. (unsplash)
Kekerasan pada Anak Bisa Sebabkan Gangguan Kesehatan Mental. (unsplash)

Himedik.com - Di seluruh dunia, hukuman fisik telah lama menjadi bentuk yang dapat diterima secara sosial untuk mendisiplinkan anak.

Ada orangtua yang menggunakan ikat pinggang dan tongkat untuk memukul anak mereka, bahkan ada pula yang menampar anak.

Tetapi tindakan seperti ini telah berkurang, misalnya di Amerika Serikat. Praktik memukul anak telah menurun sejak akhir 1980-an.

Kembali pada tahun 1998, American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan dokter anak untuk membantu orangtua mengeksplorasi bentuk-bentuk intervensi lain untuk mencegah perilaku buruk pada anak.

Dua puluh tahun kemudian, kelompok tersebut akhirnya mengambil sikap yang kuat terhadap bentuk hukuman.

Kekerasan pada Anak Bisa Sebabkan Gangguan Kesehatan Mental. (unsplash)
Kekerasan pada Anak Bisa Sebabkan Gangguan Kesehatan Mental. (unsplash)

Memukul tidak hanya gagal memaksakan disiplin tetapi sebenarnya bisa menjadi kontraproduktif dengan membuat anak lebih agresif di masa depan, AAP menyatakan.

''Tidak ada gunanya memukul,'' kata Dr. Robert Sege dari Tufts Medical Center di Boston.

Kami tahu bahwa anak tumbuh dan berkembang lebih baik dengan pemodelan peran positif dan dengan menetapkan batas yang sehat. Kita bisa berbuat lebih baik.''

Ketika memeriksa anak-anak yang terluka secara fisik sebagai bentuk hukuman, ditemukan mereka sering menunjukkan peningkatan perilaku agresif.

Mereka juga lebih mungkin mengembangkan gangguan kesehatan mental.

Kekerasan pada Anak Bisa Sebabkan Gangguan Kesehatan Mental. (unsplash)
Kekerasan pada Anak Bisa Sebabkan Gangguan Kesehatan Mental. (unsplash)

Bahkan, peneliti percaya sering menggunakan hukuman fisik dapat menunjukkan kesehatan mental yang buruk pada orangtua sendiri.

Selain generasi yang lebih tua, mereka dengan tingkat pendapatan dan pendidikan yang lebih rendah juga lebih mungkin untuk memukul anak-anak mereka.

''Kami pikir ada pergeseran generasi di mana orang tua saat ini jauh lebih kecil kemungkinannya untuk memukul anak-anak mereka,'' kata Dr. Sege.

Selain anak yang terluka secara fisik, para ahli tidak mendukung kekerasan secara verbal karena ini juga bisa mempermalukan anak. Jenis kekerasan ini hanya merusak hubungan antara orangtua dan anak.

AAP sangat menyarankan orang tua untuk "membangun hubungan yang positif, mendukung dan penuh cinta" dengan anak mereka.

Berita Terkait

Berita Terkini