Anak

Tak Memiliki Rahim, Perempuan Ini Berhasil Lahirkan Seorang Anak

Wanita 32 tahun yang tak disebutkan namanya itu melahirkan seorang bayi perempuan seberat 2,7 kilogram.

Rauhanda Riyantama

Ilustrasi operasi caesar. (shutterstock)
Ilustrasi operasi caesar. (shutterstock)

Himedik.com - Meski tidak memiliki rahim, seorang wanita asal Brasil berhasil melahirkan seorang bayi. Fenomena tersebut terjadi berkat transplantasi rahim yang ia dapatkan dari seorang pendonor yang sudah meninggal dunia.

Seperti dilaporkan The Independent, wanita 32 tahun yang tak disebutkan namanya itu melahirkan seorang bayi perempuan seberat 2,7 kilogram. Oleh sebab itu, ia dinobatkan sebagai wanita pertama tanpa rahim yang berhasil melahirkan seorang bayi dalam keadaan hidup.

Sebelumnya, banyak pakar kesehatan yang meragukan metode transplantasi rahim dari seorang pendonor yang telah meninggal. Pasalnya, telah terjadi 10 kali kegagalan dengan metode yang sama.  

Ternyata, rahasianya adalah pada usaha menjaga organ agar tetap berfungsi setelah kematian si pendonor. Khusus dalam kasus ini, tim dokter berhasil melakukan transplantasi setelah organ itu berada dalam kondisi tanpa suplai oksigen selama delapan jam.

Menurut ketua tim dokter, Dr. Dani Ejzenberg dari Hospital dari Clinicas University of Sao Paulo, kesuksesan metode ini memberikan harapan bagi para perempuan yang tak bisa memberikan keturunan. Bahwa untuk menjadi ibu mereka hanya memiliki dua opsi, yakni adopsi atau surogasi (menjalani kehamilan bagi orang lain). 

''Transplantasi rahim pertama dari pendonor hidup adalah suatu pencapaian medis yang luar biasa. Sebab bisa menciptakan kemungkinan bagi perempuan infertil (ketidaksuburan) untuk menjadi ibu dan melahirka, '' kata Ejzenberg.

 

Ilustrasi operasi caesar. (unsplash)
Ilustrasi operasi caesar. (unsplash)

''Namun akibat kelangkaan pendonor hidup, karena umumnya yang bersedia adalah anggota keluarga atau teman dekat. Sementara jumlah orang yang bersedia dan berkomitmen untuk mendonasikan organnya setelah meninggal jauh lebih besar dibanding pendonor hidup. Hal ini memberi kita suatu populasi pendonor yang jauh lebih luas," imbuhnya.

Selain itu, menggunakan organ dari pendonor yang sudah meninggal tidak menghabiskan biaya yang cukup banyak. Dan yang paling penting tidak berisiko pada kesehatan si pendonor. 

Dalam kasus ini, perempuan tersebut mengidap sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser, yaitu kondisi yang menyebabkan sistem reproduksi dalam rahim tidak berkembang. Meski si perempuan memiliki indung telur dan menjalani pubertas normal.

Sementara operasi transplantasinya dilakukan pada September 2016, setelah pendonornya meninggal akibat pendarahan otak pada usia 45 tahun. Operasi tersebut berjalan 10 jam lebih.

Setelah tujuh bulan, lapisan rahim yang ia terima mulai menebal dan siap dibuahi. Kemudian kehamilannya berjalan lancar dan berhasil melahirkan bayi perempuan pada usia 35 minggu dengan bantuan operasi caesar.

Berita Terkait

Berita Terkini