Anak

Pengaruhi Mental, Hukuman Fisik Bikin Anak Antisosial saat Dewasa

Anak yang mengalami kekerasan akan bersikap antisosial saat dewasa.

Rima Sekarani Imamun Nissa | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Ilustrasi anak merenung - (Pixabay/FeeLoona)
Ilustrasi anak merenung - (Pixabay/FeeLoona)

Himedik.com - Hukuman fisik yang keras telah lama dikaitkan dengan masalah kesehatan mental pada anak-anak. Sebuah studi di AS pun mengungkapkan, anak-anak yang dipukul, ditampar, didorong, atau dihukum secara fisik mungkin lebih rentan terhadap perilaku antisosial saat dewasa.

Dalam studi baru-baru ini, para peneliti memeriksa data survei dari 36.309 orang dewasa yang rata-rata berusia 47 tahun. Peserta ditanya tentang hukuman masa kanak-kanak, seperti didorong, ditarik, dijorokkan, ditampar, dipukul, serta bentuk penganiayaan lainnya, seperti kekerasan seksual dan pelecehan secara emosional atau fisik atau pengabaian.

Secara keseluruhan, 18 persen dari peserta telah mengalami beberapa jenis hukuman fisik yang keras di masa kecil, dan 48 persen peserta mengalami beberapa bentuk penganiayaan lainnya.

Berdasarkan analisis pakar, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (31/1/2019), pemukulan dan perlakuan kejam dikaitkan dengan risiko perilaku antisosial yang lebih tinggi di usia dewasa. Anak-anak yang mengalami lebih dari satu kekerasan pun bahkan lebih mungkin untuk berperilaku antisosial saat dewasa daripada anak-anak yang hanya mengalami satu jenis penganiayaan.

Ilustrasi parenting menggunakan kekerasan - (Pixabay/Goumbik)
Ilustrasi parenting menggunakan kekerasan - (Pixabay/Goumbik)

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, pengalaman masa kecil yang keras mungkin menjadi alasan di balik sekitar 46 persen perilaku antisosial pada kalangan laki-laki dan sekitar 47 persen di kalangan perempuan.

''Kita perlu berhenti memikirkan parenting atau cara mengasuh anak menggunakan hukuman dan beralih pada metode parenting yang positif untuk membimbing anak-anak,'' kata sang pemimpin studi dari University of Manitoba di Kanada, Tracie Afifi, yang menyarankan cara mendisiplinkan anak tanpa menggunakan hukuman fisik.

Perilaku antisosial yang menjadi fokus studi ini antara lain melanggar hukum, berbohong, selalu bertindak tanpa pikir panjang, bertindak kasar saat marah, ceroboh, tidak bisa bertahan dalam pekerjaan dan tidak mampu membayar tagihan, serta tak menyesal telah menganiaya, melukai, atau mencuri.

Di samping itu, Frank Elgar, peneliti psikiatri dari McGill University di Montreal, mengungkapkan bahwa orang tua juga menimbulkan masalah. Mereka tidak menyadari betapa kerasnya mereka memukul anak.

''Orang tua tak bisa mengontrol kekuatan yang mereka gunakan dan cenderung bertindak lebih keras daripada niatnya,'' kata Elgar.

''Tamparan itu biasanya muncul karena frustrasi dan kemarahan, bukan keinginan untuk mendidik, dan karena itu tidak efektif untuk memperbaiki perilaku anak, kekerasan justru cenderung meningkat dan diterapkan tanpa pandang bulu,'' kata Elgar menerangkan betapa hukuman fisik berpengaruh terhadap masalah kesehatan mental pada anak-anak.

Berita Terkait

Berita Terkini