Anak

Berakibat Fatal, Sepertiga Anak di Dunia Bisa Alami Keracunan Timbal

Hampir satu dari tiga anak di seluruh dunia memiliki kadar timbal tinggi dalam darah mereka.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi anak keracunan. (pixabay)
Ilustrasi anak keracunan. (pixabay)

Himedik.com - Menurut penelitian dari UNICEF, setidaknya satu dari tiga anak di dunia memiliki kadar timbal dalam darah. Hal ini disebabkan karena paparan polusi sehari-hari yang mengenai anak-anak.

Sayangnya kadar timbal dalam darah ini memiliki dampak pada kerusakan mental dan fisik yang sulit untuk diobati. 

Melansir dari The Hindustan Times, sekitar 800 juta anak-anak di dunia memiliki kadar 5 mikrogram timbal per disiliter dalam darah. Pernyataan tersebut dilaporkan oleh badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNICEF bersama Pure Earth. 

Menurut penelitian tersebut, kadar timbal yang mencapai angka 5 hingga 10 mikrogram per desiliter darah cukup untuk mengganggu perkembangan otak, sistem saraf, jantung, hingga paru-paru pada anak. 

"Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa anak-anak di seluruh dunia diracuni oleh timbal dalam skala besar yang sebelumnya tidak disadari," kata laporan yang dirilis pada hari Kamis(30/7/2020).

Kondisi udara [Shutterstock]
Kondisi udara [Shutterstock]

Polusi-polusi timbal ini hampir 85 persen digunakan dalam produksi telekomunikasi, listrik, hingga kendaraan konvesional. Negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat memang telah mampu mendaur ulang produksi-produksi timbal ini, tetapi negara berkembang masih tidak memiliki sarana untuk daur ulang. 

Laporan ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar timbal dalam darah tidak terdeteksi, maka bisa semakin berbahaya dan mematikan. 

Melansir dari Alodokter,  anak-anak yang mengalami keracunan timbal kadar rendah bisa mengalami berbagai komplikasi seperi gangguan perkembangan otak hingga gangguan intelektual permanen. Sementara kadar yang lebih tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan gangguan sisem saraf. Jika sangat tinggi, pasien keracunan timbal bisa mengalami kejang, kehilangan kesadaran, hingga kematian. 

Berita Terkait

Berita Terkini