Info

Guru Besar ITB Sarankan 10 Tanaman Herbal Pelawan Kanker

Prof. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D merekomendasikan 10 tanaman sebagai obat-obatan herbal untuk melawan sel-sel kanker.

Rauhanda Riyantama

Ilustrasi penyakit kanker. (unsplash)
Ilustrasi penyakit kanker. (unsplash)

Himedik.com - Hingga saat ini kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Seperti diketahui, kanker adalah penyakit yang diakibatkan pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Kemudian sel-sel kanker itu menyebar ke bagian tubuh lain sehingga bisa menyebabkan kematian.

Untuk melawan kanker ada beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain operasi, radiasi, hingga kemoterapi. Namun, tak jarang pulang yang beralih menggunakan obat-obatan herbal sebagai alternatif.

Nah, baru-baru ini Guru Besar Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) Prof. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D menyarankan 10 tanaman sebagai obat-obatan herbal yang berpotensi untuk melawan sel-sel kanker.

Prof. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D saat menyampaikan hasil kajiannya mengenai obat herbal pelawan sel kanker. (Dok. ITB)
Prof. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D saat menyampaikan hasil kajiannya mengenai obat herbal pelawan sel kanker. (Dok. ITB)

Kesepuluh tanaman tersebut adalah tapak dara (vinca rosea), taxol (taxus sp), lempuyang wangi (zingiber zerumbet), temu kunci (boesenbergia pandurata), melinjo/tangkil (gnetum gnemon), daun sirsak (annona muricata), bawang tiwai (eleutherine americana), keladi tikus, biji dari buah anggur, dan propolis (semacam getah yang dikumpulkan lebah madu dari berbagai pohon).

Hal ini disampaikan oleh I Ketut Adnyana dalam rapat pleno Forum Guru Besar (FGB) ITB dengan tema 'Masa Depan Obat Herbal sebagai Terapi Alternatif Kanker', yang bertempat di Gedung Balai Pertemuan Ilmiah ITB, Jalan Surapati no 1 Bandung, Jumat (28/9/2018).

Dirangkum Himedik dari laman resmi ITB, kesepuluh potensi obat herbal ini telah melalui serangkaian uji coba, yakni uji coba kandungan senyawa aktif, uji tingkat sel, uji menggunakan hewan percobaan, dan uji langsung pada penderita kanker. Hasilnya, kesepuluh obat herbat itu dapat menekan aktivitas sel kanker dan mendapat testimoni positif dari pasien uji coba.

Salah satu tanaman yang sudah banyak digunakan sebagai obat adalah daun sirsak. Saat dibandingkan dengan obat kanker konvensional, seperti tamoxifen, senyawa aktif dari daun sirsak ternyata lebih baik untuk menekan sel kanker.

Tak hanya itu, potensi lainnya yang cukup mengundang perhatian adalah melinjo. Ternyata, biji melinjo memiliki kandungan senyawa aktif yang sangat baik untuk menekan pertumbuhan sel kanker yaitu gnetic C dan trans-resveratrol.

“Bahan ini (melinjo) banyak kita punya di Indonesia, tepatnya biasa kita olah sebagai emping. Jadi budayakanlah makan emping dan sayur lodeh,” ujar I Ketut Adnyana.

“Saya sangat yakin dengan potensi obat herbal Indonesia, karena kita punya banyak bahan potensial. Bicara peluang melimpah, tradisi punya, pengolahan murah, pangsa pasar banyak, lalu aman penggunaannya. Tantangan kita hanyalah political will. Kita harus berani memberikan rekomendasi,” tegasnya.

I Ketut Adnyana menambahkan, perlu ada sumber daya manusia yang mampu melihat jauh ke depan, sehingga penggunaan obat herbal nantinya tidak hanya sebagai alternatif saja. Tapi, perlu ada regulasi yang jelas mengenai penggunaan obat herbal agar masyarakat tak lagi tersesatkan oleh informasi hoax yang beredar.

Ilustrasi obat herbal. (unsplash)
Ilustrasi obat herbal. (unsplash)

Menurut I Ketut Adnyana, pada dasarnya kanker muncul pada organ yang aktif digunakan oleh tubuh manusia dan terpapar oleh faktor luar. Misalnya paru-paru yang sering terpapar polusi dan asap rokok, serta prostat yang aktif seiring dengan kegiatan reproduksi laki-laki.

Namun, yang paling berisiko adalah kanker kolorektal (kanker yang menyerang usus). Hal ini disebabkan usus aktif bekerja ketika makan tiga kali sehari, kemudian yang dimakan adalah makanan yang tidak sehat. ''Semakin sering kita makan makanan tidak sehat, maka akan memicu mutasi sel yang menyebabkan kanker,'' ungkap I Ketut Adnyana.

Di Indonesia sendiri, kanker merupakan penyakit yang cukup banyak diderita. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, jumlah penderita kanker di Indonesia mencapai 1,4 per 1.000 orang. Kasus tertinggi terjadi di DIY, tercatat kasus kanker mencapai 4,1 per 1.000 orang.

Artinya, jika masing-masing 1.000 orang dikumpulkan, ada satu sampai dua orang di antara mereka yang menderita kanker.

Di samping itu, angka penderita kanker pada perempuan masih lebih tinggi daripada laki-laki. Pada perempuan, jenis kanker tertinggi adalah kanker serviks. Tercatat kasus kanker serviks mencapai 40,3 per 100 ribu.

Sedangkan pada laki-laki, jenis kanker tertinggi yang menyerang adalah kanker paru-paru. Tercatat kasus mencapai 25,8 per 100 ribu orang dan angka kematian mencapai 23,2 per 100 ribu.

Berita Terkait

Berita Terkini