Info

Studi Temukan Area Otak yang Menghambat Rasa Takut

Temuan ini nantinya bisa membantu mereka yang mengalami PTSD

Stephanus Aranditio | Yuliana Sere

Ilustrasi otak. (shutterstock)
Ilustrasi otak. (shutterstock)

Himedik.com - Sebuah penelitian terbaru, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications telah mengidentifikasi area otak yang mengontrol ekspresi dan penghambatan rasa takut.

Temuan penelitian ini memiliki implikasi penting untuk pengobatan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Stephen Maren, Profesor Distinguished University bidang ilmu psikologi dan otak di Texas A & M University di College Station, memimpin tim peneliti yang menemukan area baru di talamus otak yang mengendalikan respons kita terhadap rasa takut.

Prof Maren dan rekan-rekannya menggunakan pencitraan ekspresi c-Fos untuk melacak aktivitas neuronal tikus.

Mereka mulai dengan memasangkan lima nada yang dapat didengar dengan kejutan listrik ringan yang mereka kirimkan ke kaki tikus. Ini memicu ketakutan hewan pengerat dan menciptakan respons Pavlovian.

Ilustrasi sel-sel otak. (GettyImage)
Ilustrasi sel-sel otak. (GettyImage)

''Jadi penelitian kami mengidentifikasi proyeksi khusus ini dari korteks prefrontal ke reunien inti di talamus, mengarahkan kita ke bagian otak yang penting untuk fungsi penghambatan rasa takut, yang bisa menjadi jalan untuk obat baru, terapi dan intervensi untuk gangguan kejiwaan,'' ungkap Maren.

Meskipun penelitian ini dilakukan pada hewan pengerat, temuan ini membantu menerangi respon otak manusia terhadap ketakutan, serta strategi klinis baru yang potensial untuk mengobati PTSD.

Penelitian ini berkaca dari 3,6 persen populasi orang dewasa di Amerika Serikat yang mengalami gangguan stres pasca-trauma (PTSD) pada tahun lalu.

Perawatan saat ini untuk PTSD termasuk obat dan berbagai bentuk terapi, termasuk terapi pemaparan dan terapi berbicara. Namun, sebagian besar obat PTSD menargetkan semua neuron di otak, sementara terapi perilaku tidak sepenuhnya mencegah kekambuhan.

Penelitian baru, bagaimana pun, dapat membawa para ilmuwan lebih dekat untuk mengembangkan terapi PTSD yang lebih bertarget, efektif, dan tahan lama.

Berita Terkait

Berita Terkini