Info

Donornya Alergi Kacang, Pasien Transplantasi Paru-Paru 'Ketularan'

Dia menerima paru-paru kiri baru dari seorang pria 22 tahun.

Vika Widiastuti | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

ilustrasi selai kacang - (Pixabay/stevepb)
ilustrasi selai kacang - (Pixabay/stevepb)

Himedik.com - Seorang wanita yang tidak bermasalah dengan kacang tiba-tiba jadi alergi kacang setelah menjalani transplantasi paru-paru. Wanita 68 tahun itu mengalami reaksi alergi yang parah dari makan roti lapis.

Melansir Live Science, Senin (31/12/2018), rupanya orang yang 'menularkan' alergi kacang itu adalah donor paru-parunya. Kejadian ini telah dilaporkan dalam jurnal Transplantation Proceedings yang diterbitkan pada Agustus lalu.

Menurut penulis utama laporan tersebut, Dr. Mazen Odish, yang juga merawat wanita itu, fenomena alergi makanan 'berpindah' dari donor organ ke penerima transplantasi paru-paru sangat jarang terjadi.

Odish mengatakan, hanya ada sekitar empat atau lima laporan kasus yang menyatakan bahwa setelah transplantasi paru-paru, penerima organ jadi memiliki alergi kacang dengan anafilaksis (alergi berat secara tiba-tiba yang dapat menyebabkan kematian).

Diketahui, wanita dalam kasus ini membutuhkan transplantasi paru-paru tunggal untuk mengobati emfisema, suatu kondisi di mana kantung udara di paru-paru menjadi rusak sehingga sulit untuk bernapas. Dia menerima paru-paru kiri baru dari seorang pria berusia 22 tahun.

Masa pemulihan wanita itu berjalan baik setelah transplantasi, tetapi sehari sebelum dijadwalkan pulang dari rumah sakit, dia merasa sesak di dada dan sangat sulit untuk bernapas.

Awalnya, dokter tidak bisa memastikan penyebab wanita itu mengalami gejala-gejala gagal napas. Tes yang dilakukan pada saat itu juga tidak menghasilkan jawaban yang jelas.

ilustrasi paru-paru - (Pixabay/kalhh)
ilustrasi paru-paru - (Pixabay/kalhh)

Setelah wanita itu mengatakan, dirinya mulai mengalami gejala-gejala itu setelah makan roti lapis PB & J, dokter mulai mencurigai adanya alergi makanan. Namun, wanita itu sebenarnya tidak memiliki gejala alergi umum lainnya, seperti ruam atau sakit perut.

Karena ia tidak pernah mengalami masalah dari makan kacang sebelumnya, para dokter kemudian menghubungi agen transplantasi. Dari situ diketahui bahwa sang pria donor rupanya memiliki alergi kacang.

Jadi, bersama dengan paru-paru yang diterimanya, wanita itu juga tampaknya telah 'tertular' alergi kacang dari si donor.

Meskipun jarang terjadi, alergi makanan memang bisa tertransfer dari donor organ ke penerima transplantasi. Tim peneliti laporan ini menuliskan, kasus alergi makanan yang diperoleh dari donor organ pernah terjadi melalui transplantasi hati, ginjal, paru-paru, sumsum tulang, jantung, dan ginjal.

Meski begitu, tidak semua penerima transplantasi organ memiliki sensitivitas yang sama dengan donornya. Hasil studi menunjukkan bahwa anak-anak dan orang yang menerima transplantasi hati lebih mungkin mendapatkan alergi makanan dari donor organ yang memilikinya.

Penelitian lain menunjukkan bahwa alergi makanan yang berpindah melalui transplantasi lebih sering terjadi ketika penerima organ diresepkan tacrolimus, obat imunosupresif yang digunakan untuk mengurangi risiko penolakan organ setelah transplantasi. Wanita dalam kasus ini juga menggunakan tacrolimus.

Tes kulit kemudian mengonfirmasi bahwa wanita itu memiliki alergi terhadap kacang, dan setelah dites dia juga positif memiliki alergi terhadap almon, kacang mete, kelapa, dan kacang hazel.

Berdasarkan keterangan Odish, tidak jelas apakah alergi makanan yang didapat dari transplantasi akan berlangsung seumur hidup bagi pasien karena mungkin alergi berkurang pada beberapa orang. Dokter kemungkinan akan terus menguji alergi kacang dan kacang pohon wanita itu untuk melihat apakah kondisi alerginya terhadap makanan ini berubah dari waktu ke waktu.

Berita Terkait

Berita Terkini