Info

Pemerintah Inggris Akan Kirim Belatung ke Suriah untuk Bantu Korban Perang

Ternyata belatung berkhasiat menyembuhkan luka.

Rauhanda Riyantama | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Belatung - (Shutterstock)
Belatung - (Shutterstock)

Himedik.com - Pemerintah Inggris akan mengirimkan belatung ke zona perang, seperti Suriah, Yaman, dan Sudan Selatan. Diberitakan The Telegraph, Kamis (10/1/2019), hal ini dilakukan untuk membantu korban perang yang terluka.

"Orang-orang yang tengah menghadapi konflik dan krisis kemanusiaan dalam hidupnya ini sangat menderita karena luka yang sebenarnya dapat dengan mudah disembuhkan menggunakan akses perawatan yang tepat," kata Sekretaris Negara Inggris Bidang Pembangunan Internasional Penny Mordaunt, yang juga anggota Parlemen, kepada The Telegraph.

Dahulu kala belatung sering digunakan untuk menjaga agar luka tidak terkontaminasi. Belatung melakukannya dengan cara menelan jaringan yang mati pada manusia dan menyebarkan air liur antibakteri.

Pada zaman kuno, orang Aborigin Australia menggunakan belatung untuk membersihkan luka. Selain itu, dikutip dari Live Science, selama Perang Dunia I, tentara di parit-parit juga memanfaatkan makhluk mungil ini.

Sekarang, terapi menggunakan belatung dapat membantu orang dengan luka bernanah tetap bebas dari infeksi. Proyek senilai Rp3,5 miliar ini dapat mengobati luka-luka di tubuh, karena infeksi sekunder dan operasi dapat menyebabkan amputasi.

Untuk meluncurkan "proyek belatung", Inggris akan membudidayakan belatung di rumah sakit lapangan di lokasi perang. Begitu menetas, telur lalat akan disterilkan dan kemudian diinkubasi selama satu atau dua hari.

Pada saat itu, belatung siap untuk dimasukkan ke dalam luka atau ditempatkan ke BioBags, lalu digunakan untuk membungkus luka, The Telegraph melaporkan.

Namun, untuk mencegah penyebaran penyakit, belatung ini tidak dapat digunakan dua kali. Jadi, para peneliti telah mengarahkan agar larva dibuang dalam wadah klinis setelah digunakan.

Belatung yang melarikan diri ke alam liar pun dipercaya tidak akan menimbulkan masalah karena telah mengalami proses sterilisasi ketika mereka menjadi lalat.

Jika rencana itu berhasil, rumah sakit lapangan akan diperbanyak dalam waktu satu tahun, untuk menyediakan cukup larva guna mengobati 250 luka per hari. Hal tersebut disampaikan oleh Frank Stadler, seorang peneliti di Griffith University di Australia, kepada The Telegraph.

Selain itu, pada 2021, tim proyek ini berharap telah menciptakan alat-alat yang bisa digunakan sendiri oleh siapa pun, sehingga orang-orang di tempat terpencil dapat membesarkan bayi lalat itu sendiri.

Berita Terkait

Berita Terkini