Info

Gadis 15 Tahun Ini Alergi Segala Macam Bau hingga Nyawanya Terancam

Gadis itu bahkan bisa terbunuh hanya karena bau yang menyengat.

Vika Widiastuti

Alergi makanan. (unsplash)
Alergi makanan. (unsplash)

Himedik.com - Gadis 15 tahun menderita penyakit langka. Seperti yang diungkapkan keluarganya, gadis itu bahkan bisa terbunuh hanya karena bau yang menyengat.

HiMedik melansir Mirror, Jumat (18/1/2018), gadis yang bernama Martina Baker dari Maine, AS itu menderita Mast Cell Activation Syndrome (MCAS). MCAS merupakan kondisi imunologis yang membuat dirinya alergi terhadap hampir semua hal, termasuk panas, air, dan parfum.

Bahkan hanya mencium bau minyak goreng atau pemutih membuat remaja itu mengalami syok anafilaksis. Jika tak segera ditangani dampaknya bisa fatal, bahkan kematian.

Gadis itu juga alergi terhadap asap ganja, yang menimbulkan masalah sulit bagi remaja. Apalagi obat ini baru dilegalkan di negara bagian di mana dia berasal.

Namun, kini keluarganya mampu mengumpulkan 10 ribu US Dollar atau sekitar Rp142 juta sehingga ada harapan baru untuk Martina. Hal itu karena keluarganya telah mampu mendapatkan anjing yang sangat terlatih untuk menjaga Martina.

Dengan bantuan Caiomhe, nama anjing tersebut, Martina bisa menjadi lebih baik. Diketahui Caiomhe telah terlatih dalam mengidentifikasi aroma yang bisa menjadi pemicu yang mengancam jiwa Martina.

Hidung anjing sekitar 100 ribu kali lebih baik dibanding manusia dan hampir setiap proses biokimiawi di tubuh kita ditandai dengan perubahan aroma. Caiomhe bisa mengendus ketika Martina sedang bereaksi, bahkan sebelum Martina menyadarinya.

"Caiomhe telah mengubah hidupku, aku merasa jauh lebih aman saat dia berada di dekatku, aku bisa memiliki kehidupan sosial lagi," kata Martina yang terpaksa bolos sekolah dan tinggal di ruang tertutup di rumah.

"Kadang-kadang bisa sangat sepi, tapi Caiomhe selalu di sampingku, melindungiku, dia pasti teman yang baik," lanjutnya.

Martina mengungkapkan, dirinya dulu sehat dan tidak alergi apapun hingga pada suatu malam, dia tiba-tiba diliputi gejala yang menakutkan. Paginya dia pun bangun dengan gatal-gatal di seluruh tubuhnya.

Dia pun dibawa ke rumah sakit karena menderita reaksi anafilaksis. Tenggorokannya juga membengkak hingga tim medis memberinya EpiPen atau suntikan untuk mengobati reaksi alergi.

"Gejalanya hampir terjadi setiap saat, dia mengalami syok anafilaksis dan kami harus membawanya ke UGD sekitar tiga kali seminggu," kata ibunya, Loretta Morse Leighton (48).

Lalu pada musim panas ketika seekor sigung menyembur keluar dari jendela kamar Martina, dia mengalami syok anafilaksis dan dilarikan ke rumah sakit.

Ilustrasi sigung (Pixabay/sipa)
Ilustrasi sigung (Pixabay/sipa)

Selama berbulan-bulan, dokter pun binggung oleh kondisi Martina hingga akhirnya Martina dibawa ke ahli imunologi di Massachusetts bernama Jonathan Bayuk. Di sanalah, dia lantas didiagnosis menderita MCAS.

Berkat Caiomhe dan obat penstabil sel mast, gejala anafilkasis Martina mulai berkurang, yaitu dari tiga kali dalam seminggu menjadi sekali dalam setiap empat hingga enam minggu.

Dia juga sering memakai topeng saat pergi ke luar rumah. Sementara Loretta membersihkan dengan cuka daripada produk pembersih dan telah berhenti menggunakan semua deterjen pada sprei dan pakaian.

Mereka juga harus berlatih 'memasak tanpa bau' dan menghabiskan banyak waktu memanggang di luar, bahkan saat musim dingin.

Martina juga alergi pada udara hangat. Jadi kamar tidurnya tidak panas sama sekali, bahkan saat musim dingin di Maine yang membeku.

Berita Terkait

Berita Terkini