Info

Berasal dari Kelelawar Vampir, Racun Ini Bisa Dijadikan Obat Mujarab

Namun, para peneliti menemui hambatan untuk mendapatkan sampelnya.

Rima Sekarani Imamun Nissa | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Kelelawar - (Pixabay/jochemy)
Kelelawar - (Pixabay/jochemy)

Himedik.com - Penelitian baru-baru ini menyebutkan bahwa kelelawar vampir rupanya memiliki racun yang bisa dijadikan kunci pengobatan untuk berbagai masalah medis serius. Namun, para peneliti menemui hambatan untuk mendapatkan sampelnya.

Dikutip dari Science Daily, Rabu (16/1/2019) lalu, sebuah tim internasional yang dipimpin oleh The University of Queensland menemukan bahwa racun kelelawar vampir (Diphylla ecaudata) mengandung kelas baru peptida yang mengatur tekanan darah.

Peneliti dari UQ School of Biological Sciences, Profesor Muda Bryan Fry, mengatakan, peptida itu dapat menunjang pengobatan untuk berbagai penyakit, termasuk hipertensi, gagal jantung, penyakit ginjal, dan luka bakar. Sayangnya, penelitian itu terhambat oleh aktivitas kriminal di sebuah lokasi di Meksiko.

''Peptida itu merupakan bentuk mutasi dari Calcitonin Gene Related Peptide (CGRP) yang digunakan oleh tubuh kita untuk mengendurkan pembuluh darah,'' kata Fry.

''Perubahan fungsional atau anatomis peptida dari kelelawar itu sangat selektif, sehingga lebih berguna untuk terapi daripada CGRP karena memiliki lebih sedikit efek samping.''

Cek tensi - (Pixabay/rawpixel)
Cek tensi - (Pixabay/rawpixel)

''Ini berpotensi membantu dokter dalam perawatan untuk berbagai gangguan yang diikuti tekanan tinggi pada pembuluh darah kecil, atau mungkin dapat meningkatkan aliran darah ke jaringan yang rusak atau dicangkokkan seperti cangkok kulit,'' katanya lagi.

Fry mengatakan, ada banyak hal yang harus dipelajari daripada ditakuti dari kelelawar penghisap darah. ''Penemuan ini adalah contoh lain mengapa melindungi alam itu sangat penting, karena kita tidak bisa memprediksi dari mana kita akan menghasilkan penemuan besar untuk obat biologis yang baru nanti.'' katanya.

''Hewan berbisa di seluruh dunia sedang dalam kondisi terancam karena penganiayaan yang disengaja akibat ketakutan atau kesalahpahaman manusia.''

Sebagai contoh nyata, Fry dan timnya kesulitan mendapatkan akses untuk sampel kelelawar vampir. Hal itu lantaran situs asli kelelawar vampir di Meksiko diambil alih oleh pengedar narkoba.

''Sekarang terlalu berbahaya bagi teman saya dari Meksiko untuk pergi ke sana, apalagi orang asing seperti saya,'' ungkap Fry.

''Kita harus menemukan lokasi baru yang aman untuk bekerja. Begitu ketemu, nanti kita bisa menemukan variasi peptida baru dan obat-obatan ajaib yang manjur untuk membantu meningkatkan dan menyelamatkan kehidupan,'' pungkas Fry.

Berita Terkait

Berita Terkini