Himedik.com - Awan tebal yang menyelimuti kota-kota di seluruh dunia akibat pencemaran udara memiliki pengaruh terhadap suasana hati serta kesehatan penduduk daerah perkotaan. Sebuah studi baru yang dilakukan di China menemukan hubungan yang jelas antara tingkat kebahagiaan yang rendah alias kondisi bad mood penduduk kota dan tingkat polusi udara beracun.
Untuk melakukan penelitian ini, para ilmuwan menggunakan data real-time mengenai suasana hati orang yang diperoleh dari media sosial, lalu membandingkannya dengan tingkat materi partikulat di udara yang menyebabkan penyakit paru-paru.
Baca Juga
Kalangan Seleb Tolak Ajakan Amal Kesehatan Mental Pangeran William, Kenapa?
Dengar Cerita Menakutkan, Hannah Pilih Melahirkan Tanpa Bantuan Medis
Tips Membakar Energi Supaya Berat Badan Turun dengan Mudah
Mengenal Mythomania, Pembohong yang Percaya dengan Bualannya Sendiri
Selayang Pandang Tentang Mental Illness: 'Ini Seperti Bukan Gue'
Menurut hasil penelitian tersebut, dikutip dari The Independent, Selasa (22/1/2019), polusi udara tak hanya menyebabkan 1,1 juta kematian prematur di China dan merugikan ekonomi negara itu hingga R p534,5 triliun setiap tahun, tetapi juga memiliki dampak yang kuat terhadap kesehatan mental.
Dalam mengukur kebahagiaan di 144 kota China, para ilmuwan menggunakan algoritma untuk menganalisis suasana hati dari 210 juta tweets di situs microblogging populer Sina Weibo.
''Media sosial dapat dipakai untuk mengukur tingkat kebahagiaan orang saat itu juga dan menyediakan banyak sekali data, di banyak kota yang berbeda,'' kata Profesor Siqi Zheng, seorang ilmuwan Massachusetts Institute of Technology yang memimpin penelitian.
Tim kemudian menggabungkan data ini dengan informasi tentang tingkat partikulat dan pola cuaca. Mereka menemukan bahwa lonjakan polusi berkorelasi dengan penurunan tingkat kebahagiaan, terutama untuk wanita dan orang-orang dengan pendapatan lebih tinggi. Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Nature Human Behavior.
Sementara itu, menurut Profesor Andrea Mechelli selaku pemimpin proyek Urban Mind di King's College London mengatakan kepada The Independent bahwa penelitian tersebut berharga untuk menambah kumpulan bukti yang berkembang terkait polusi udara dan kesehatan mental.
''Kami belum sepenuhnya memahami apa mekanisme yang mendasarinya, apa yang menjadi penghubung antara polusi dan kesehatan mental yang buruk,'' katanya.
Namun ia mengatakan, kemungkinan faktor-faktornya antara lain, polusi menghambat kemampuan orang untuk berpikir atau meningkatkan stres dan secara tak langsung membuat warga lebih sulit untuk bersosialisasi di luar.
Apapun penyebabnya, Profesor Mechelli mengatakan, penting untuk mengungkap hubungan antara polusi dan kesehatan. Pasalnya, dengan begitu, pemerintah terdorong untuk membersihkan udara.