Info

Studi Ungkap Pasien Kanker Tidak Ingin Disebut Pahlawan

Begini menurut beberapa penderita kanker.

Vika Widiastuti | Yuliana Sere

Ilustrasi pasien yang alami kanker tak ingin diri mereka disebut pahlawan atau pejuang. (Unsplash)
Ilustrasi pasien yang alami kanker tak ingin diri mereka disebut pahlawan atau pejuang. (Unsplash)

Himedik.com - Sebuah studi menunjukkan pasien kanker tidak ingin disebut pahlawan atau pun korban, seperti dikutip dari dailymail.

Banyak juga yang keberatan jika diberi tahu bahwa mereka berjuang atau melawan penyakit karena merasa di bawah tekanan.

Sebuah survei oleh Macmillan telah menemukan bahwa sebagian besar pasien lebih suka berbicara dalam bahasa yang jelas dan faktual, serta menghindari klise.

Dari 2.040 pasien kanker yang terlibat dalam penelitian, sebanyak 42 persen mengatakan istilah seperti pahlawan terlihat seperti melemahkan.

Sebanyak 30 persen lainnya mengatakan, mereka merasa kata-kata itu membuat mereka merasa di bawah tekanan untuk menjadi lebih positif dan 24 persennya menemukan diri mereka terisolasi.

Pasien juga mengatakan, mereka lebih suka bahasa faktual ketika berbicara tentang kematian.

Sekitar 61 persen melaporkan bahwa frasa seperti "kalah dalam pertempuran" atau "kalah dalam perkelahian" menyiratkan seseorang telah dikalahkan.

Badan amal itu mengatakan klise yang bermaksud baik yang digunakan oleh keluarga, teman-teman ,dan di media membuat pasien tidak berdaya dan terisolasi.

Karen Roberts, kepala perawat di Dukungan Kanker Macmillan mengatakan, hasil ini menunjukkan betapa kata-kata dan deskripsi sederhana mampu memecah belah.

"Kita tahu bahwa tidak ada seseorang yang begitu familiar dengan kanker, jadi setiap orang akan memilih caranya masing-masing untuk membicarakannya," katanya. 

Kanker. (pixabay)
Kanker. (pixabay)

"Kami mendengar dari setiap orang yang menghadapi masalah ini bahwa kata-kata itu bisa menghentikan setiap orang mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan. Dengan menarik perhatian pada hal ini, kami ingin mendorong lebih banyak orang untuk berbicara tentang kata-kata yang mereka sukai sehingga bisa menghentikan terjadinya kesalahpahaman," ungkapnya.

Survei juga menemukan bahwa 29 persen pasien kanker berjuang menemukan kata-kata yang tepat untuk berbicara tentang penyakit itu sendiri.

Lebih lanjut, 28 persen mengalami kesulitan berbicara dengan jujur tentang perasaan mereka.

Marilyn Owens, konsultan psikolog klinis Macmillan mengatakan, meskipun banyak orang khawatir tentang hal yang tepat untuk dikatakan kepada seseorang yang menderita kanker, berbicara sering kali merupakan cara yang membantu untuk memahami apa yang sedang dialami orang serta mencari cara terbaik untuk mendukung mereka.

Mandy Mahoney (47) seorang ibu dua anak lebih menyukai jika dirinya digambarkan sebagai seseorang yang hidup dengan kanker yang tidak dapat disembuhkan.

"Saya tidak berani memberi inspirasi, saya hanya mencoba menjalani kehidupan saya yang telah saya tinggalkan dengan baik," katanya. 

Di sisi lain, Craig Toley (31), seorang insinyur jaringan dari London yang didiagnosis menderita kanker tiroid pada 2016 dan sekarang dalam remis mengungkapkan, bahasa seperti pertarungan, perjuangan, pejuang dan pertempuran akan ditafsirkan berbeda oleh setiap orang.

"Secara pribadi, saya menemukan kata-kata itu banyak membantu saya dan membuat saya memikirkan kanker sebagai tantangan yang harus saya lawan," tambahnya.

Berita Terkait

Berita Terkini