Info

Bisa Punya Anak Tanpa Tularkan HIV, Yan Bantu Samuel Kuatkan Mental ODHA

Keduanya merintis Yayasan Victory Plus Yogyakarta, yang membantu memberdayakan ODHA.

Vika Widiastuti | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Direktur Victory Plus Samuel (kanan) dan Wakil Direktur Yan (kiri) - (Himedik/Eleonora PEW)
Direktur Victory Plus Samuel (kanan) dan Wakil Direktur Yan (kiri) - (Himedik/Eleonora PEW)

Himedik.com - Segala hal yang diinginkan sempat terkubur ketika Yan Michael (42) mendengar temannya terjangkit HIV. Memang bukan dirinya, tetapi persahabatannya dengan komunitasnya kala itu dieratkan oleh jarum suntik, yang dipakai secara bergantian.

Sejak 1998, pria asal Jakarta ini sudah mengenal narkoba. Hidup di jalanan pasca-DO membuatnya ingin diterima oleh orang-orang di lingkungannya.

Tiap hari Yan menyaksikan pemandangan jarum suntik menembus kulit teman-temannya. Rasa penasaran pun muncul, lalu mendorong Yan untuk membuka jendela yang sebelumnya tertutup dan hanya menjadi pembatas antara Yan dan komunitasnya.

"Sekali pakai, enggak menikmati. Enggak enak di badan. Enggak bisa ngapa-ngapain, bangun sedikit muntah, keringat sebesar jagung, tapi karena tiap hari ketemu dengan mereka, saya pun tak bisa lepas," ujar Yan kepada Himedik.com, Senin (21/1/2019) saat ditemui di Kantor Yayasan Victory Plus Yogyakarta yang beralamat di Sleman, Yogyakarta

Singkat cerita, pada 2003 'teman satu jarum' Yan hendak menjalani terapi laser untuk kanker kelenjar getah bening. Sebelumnya, teman Yan itu harus terlebih dahulu melewati serangkaian tes. Diagnosis pun keluar.

"Saat kami besuk, dokter bilang, 'temanmu ini enggak hanya kanker kelenjar getah being, tapi ada HIV positifnya juga'," kata Yan. "Saya dengar dia positif, buat saya dunia kiamat. Padahal saya belum begitu paham tentang HIV."

 

Wakil Direktur Yayasan Victory Plus Yogyakarta Yan Michael - (Himedik/Eleonora PEW)
Wakil Direktur Yayasan Victory Plus Yogyakarta Yan Michael - (Himedik/Eleonora PEW)

Yan lantas memberi tahu sang ibu. Sudah pasti terpukul, tetapi wanita yang tegar itu tak larut dalam kesedihan, melainkan terus menyemangati dan membantu putra bungsunya itu berhenti menjadi hamba narkoba.

Setelah melakukan pencarian, Yan bertolak ke panti rehabilitasi narkoba di Yogyakarta. Melalui langkah inilah Yan baru tahu HIV telah bersarang di tubuhnya.

"Kami ada 10 orang, semua melakukan tes untuk rehab, delapan di antaranya positif HIV. Itu termasuk saya," kata Yan. "Kaget enggak kaget, sih. Karena sebelumnya udah mikir, 80 persen positif, 20 persennya menghibur diri. Tapi di sana saya enggak merasa sendiri, kami bisa saling menguatkan, sama-sama cari pengetahuan."

"Tapi tetap ada ketakutan, kekhawatiran, bisa enggak ya saya berumah tangga, ke depannya saya seperti apa sih, bisa enggak saya punya keturunan," imbuhnya.

 

Bisa menikah tanpa menularkan HIV ke anak dan istri

Berbagai tanda tanya di kepala Yan terjawab pada 2006. Seorang perawat yang menjadi rekan setimnya dalam penyuluhan anti-narkoba menjadi pendampingnya di pelaminan. Keduanya menikah pada September 2006 setelah berpacaran selama tiga bulan.

"Sebelum menikah, saya buka status, latar belakang saya dulu pemakai narkoba, dampaknya apa. Ketika saya sampaikan itu, saya siap dengan segala konsekuensi," terang Yan, yang kondisinya tak menghalangi cinta dari sang tambatan hati.

Meski melakukan hubungan suami-istri dengan Yan, sang istri tetap negatif HIV, begitu juga anaknya. Hal yang terdengar mustahil bagi orang awam ini bisa terjadi berkat kesadaran Yan untuk rutin melakukan check-up tiap bulan dan minum obat tiap hari.

"Ketika orang sudah mulai terapi, otomatis jumlah virus dalam tubuhnya semakin berkurang. Kalau semakin ditekan, kan otomatis tingkat penularannya juga semakin berkurang," jelas Yan. "Dan saya juga melindungi pasangan saya, ketika melakukan hubungan seksual ya menggunakan kondom."

 

Obat antiretroviral (ARV) untuk HIV - (Himedik/Eleonora PEW)
Obat antiretroviral (ARV) untuk HIV - (Himedik/Eleonora PEW)

Sementara saat berencana mendapatkan keturunan, Yan melepas kondom ketika istrinya dalam masa subur. Begitu istrinya telah dinyatakan hamil, Yan kembali selalu menggunakan kondom dan masih terus rutin menjalani tes HIV tiap tiga bulan.

Yan mengatakan, hingga kini, wanita yang sempat berumah tangga dengannya selama 8 tahun itu masih tetap negatif HIV. Kondisi serupa juga berlaku pada anaknya, yang saat ini akan memasuki SMP.

 

Rutin terapi membantu menekan virus HIV

Makin hari, virus di dalam tubuh Yan sendiri memang makin tertekan. Pada akhir 2018, hasil tes menyebutkan bahwa virusnya tak terdeteksi. Namun, ia mengatakan, bukan berarti ia telah bebas HIV, dan dirinya tetap harus rajin minum obat serta kontrol ke dokter seumur hidup.

"Jadi ada alat yang untuk mengecek sel CD4 atau sel darah putih, ada juga untuk mengecek jumlah virus. Terakhir saya cek, virus di tubuh saya sudah tidak terbaca, tapi bukan berarti sudah enggak ada HIV di tubuh saya, tapi ya itu tadi, tingkat penularan berkurang," jelasnya.

Segala informasi tentang HIV ini membuatnya terdorong untuk ikut menggagas Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) pada 2004, yang kini menjadi Yayasan Victory Plus Yogyakarta. Samuel Rachmat Subekti adalah tokoh utama di balik berdirinya yayasan yang bertekad memberi dukungan langsung untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA) ini.

Sejak saat itu, Yan dan Samuel sibuk melanglang buana ke seluruh Indonesia dan mendapat berbagai penghargaan atas kontribusi mereka dalam meningkatkan kesadaran akan HIV/AIDS dan memberi dorongan semangat bagi para ODHA.

 

Victory Plus kuatkan mental para ODHA

Awalnya Samuel mengelola panti rehabilitasi untuk pecandu narkoba suntik pada 2000. Lalu pada 2003, ia mulai menerima pecandu narkoba yang terserang HIV, ketika banyak panti rehab yang menolak kondisi itu.

Sebelumnya ia telah mempelajari dan baru mengetahui bahwa penularan HIV itu tak mudah, yakni melalui darah atau cairan kelamin. Bahkan, Samuel mengatakan, banyak penyakit lain yang sebenarnya lebih mudah ditularkan.

Dalam komunitas yang dirintisnya, pria yang dulunya berprofesi sebagai arsitek ini selalu mendampingi dan mengantar ribuan ODHA di Yogyakarta untuk berobat.

"Ketika saya hidup bersama anak-anak yang mantan pecandu dan positif HIV ini saya memahami kehidupan mereka, sangat terdiskriminasi, dapat stigma negatif dari masyarakat, sehingga dari situ, lanjut aja kita dukunglah intinya," jelas Samuel pada Himedik.com, Selasa (15/1/2019).

 

Segelintir dari ratusan penghargaan yang diterima Victory Plus - (Himedik/Eleonora PEW)
Segelintir dari ratusan penghargaan yang diterima Victory Plus - (Himedik/Eleonora PEW)

Komunitas pemberi dukungan mental bagi ODHA pun makin bertambah. Saat ini, di bawah naungan Victory Plus, terdapat delapan komunitas yang tersebar di lima kabupaten di DI Yogyakarta.

Samuel mengatakan, biasanya pasien HIV baru di rumah sakit di Yogyakarta akan dirujuk ke Victory Plus untuk diberi dukungan atau mengambil obat.

"Sebagian besar pasien stres, ada yang mau bunuh diri, macam-macam. Dengan bertemu staf kami, mereka bisa terbuka, ternyata menjadi ODHA itu bukan akhir dari segalanya," kata Samuel.

Para pekerja sosial profesional di Victory Plus pun tak pernah berhenti mendampingi dan menguatkan mental para ODHA, baik yang tidak sampai memasuki fase AIDS, maupun yang sudah.

"Pendampingannya bisa lewat media sosial, untuk memastikan mereka minum obat tiap hari. Kami juga bikin pertemuan sebulan sekali," ujar pria asal Kebumen ini.

Selain itu, Victory Plus juga membantu pemberdayaan ODHA yang membutuhkan lapangan pekerjaan atau modal usaha, dengan turut melibatkan peran dinas sosial setempat.

"Di semua program yang ada, tujuan yang paling inti adalah peningkatan mutu hidup atau kualitas ODHA," terang Samuel.

Dalam mencapai tujuan itu, Victory Plus membekali ODHA dengan lima pilar: percaya diri menerima status HIV, memahami semua informasi tentang HIV/AIDS dengan benar, bisa mengakses fasilitas kesehatan yang melayani ODHA, HIV stop di sini atau komitmen untuk tidak menularkan virus pada orang lain, dan melakukan kegiatan yang positif dan tidak merugikan diri sendiri.

(Liputan Khusus Wartawan HiMedik.com/Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana)

Berita Terkait

Berita Terkini