Info

Terapi Urine untuk Atasi Jerawat hingga Kanker, Amankah?

Saat ini, terapi urine kembali populer di Asia, Amerika Selatan, dan Timur Tengah.

Vika Widiastuti

Ilustrasi air kencing. (pixabay/frolicsomepl)
Ilustrasi air kencing. (pixabay/frolicsomepl)

Himedik.com - Apa yang pikirkan ketika Anda mendengar tentang terapi urine? cairan sisa metabolisme tubuh itu oleh sebagian orang disebut bisa menjadi media untuk penyembuhan penyakit tertentu.

Dilansir SUARA.com dari Foxnews, berdasarkan studi kasus yang diterbitkan dalam Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, terapi urine telah digunakan oleh orang Yunani dan Mesir kuno berabad-abad yang lalu.

Saat ini, terapi urine kembali populer di Asia, Amerika Selatan, dan Timur Tengah sebagai "terapi ajaib" untuk mengatasi kondisi seperti jerawat atau bahkan kanker.

Namun, para ahli kesehatan memilih tak percaya karena manfaat terapi ini tidak didukung oleh banyak penelitian. Bahkan menurut para ahli, minum air seni atau mengoleskannya ke kulit dapat mendatangkan efek berbahaya karena mengandung bakteri.

Untuk mengarah pada kesimpulan ini, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun menjadi pasien terapi urin topikal untuk mengatasi jerawatnya. Teknik ini memperlihatkan hasilnya namun akhirnya menyebabkan peradangan lebih lanjut ketika pengolesan urin untuk kedua kalinya.

Dokter mengkonfirmasi bahwa kulit remaja tersebut mengandung bakteri jauh di atas jumlah normal. Anak itu kemudian diberi pengobatan resep untuk menyembuhkan peradangan akibat bakteri.

Terapi urin mungkin timbul dari gagasan bahwa urine awalnya steril ketika meninggalkan tubuh. Banyak orang, termasuk dokter, percaya bahwa air seni tidak mengandung bakteri berbahaya pada tahap ini.

Namun, penelitian terbaru yang dilakukan pada 41 pasien dengan gangguan kandung kemih justru mengungkapkan hasil sebaliknya. Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Microbiology menunjukkan bahwa ditemukan 85 spesies bakteri berbeda termasuk Streptococcus dan Staphylococcus pada urin responden.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa bakteri ada di saluran kemih sehingga penelitian selanjutnya diperlukan untuk mengungkap apakah gangguan kandung kemih yang terlalu aktif juga terkait dengan bakteri.

Berdasarkan penelitian ini, orang yang minum atau mengoleskan urin ke kulit mereka mungkin akan memasukkan kembali bakteri berbahaya ke dalam tubuh, yang membahayakan kesehatan.

Selain itu, studi kasus terapi urin untuk jerawat juga menunjukkan bahwa urine adalah produk limbah yang berarti harus dibuang dari dalam tubuh. Menggunakan kembali limbah itu sama saja menentang metabolisme tubuh.

Mengonsumsi urin sebagai upaya terapi juga dapat memberikan tekanan yang tidak semestinya pada hati dan ginjal. Kedua organ tersebut harus menyaring kembali racun yang sudah keluar dari tubuh lewat proses ekskresi. (SUARA.com/ Firsta Nodia)

Berita Terkait

Berita Terkini