Info

Kasus DBD Meningkat, Kenali Karakteristik Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes aegypti tergolong pintar dan bia beradaptasi dengan manusia.

Vika Widiastuti

Ilustrasi Nyamuk. (Pixabay/FotoshopTofs)
Ilustrasi Nyamuk. (Pixabay/FotoshopTofs)

Himedik.com - Kasus demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi PR di Indonesia. Apalagi diketahui belakangan ini terjadi lonjakan kasus DBD di beberapa wilayah di Indonesia.

Hal tersebutlah yang mendasari, Program Magister S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menyelenggarakan seminar nasional yang bertajuk "Demam Berdarah Dengue dalam Perspektif Sistem Kesehatan", Sabtu (2/3/2018).

Acara itu juga dalam rangka memperingati dies ke-73 FK-KMK UGM. Ketua Prodi Magister IKM, Mubasysyir Hasanbasri mengatakan, IKM membahas tentang publik health.

Jadi, persoalan nyamuk Aedes aegypti masih menjadi masalah dan harus dicegah. "Jadi pertemuan ini merupakan tanda kita memasuki era baru di mana alumni publik health yang sekarang FK-KMK harus menunjukkan kiprah yang lebih nyata," katanya.

Sementara itu, Riris Andono Ahmad, Sekretaris Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi mengatakan, nyamuk Aedes aegypti tergolong pintar dan bia beradaptasi dengan manusia.

"Dia hidup dengan manusia, beradaptasi menyesuaikan perilaku kita," ujarnya.

Bahkan menurutnya, Aedes aegypti mampu bertahan hingga 6 bulan di dalam telur saat musim kemarau panjang. Setelah itu, hanya 1 menit di air, nyamuk akan menetas.

Berbeda dengan nyamuk lainnya, Aedes aegypti tidak mengeluarkan bunyi dan ketika menggigit tidak menimbulkan rasa sakit.

Peneliti dari World Mosquito Program (WMP) itu juga mengungkapkan, nyamuk Aedes aegypti suka menggigit bagian bawah. Ia menegaskan, perilaku nyamuk Aedes aegypti, itulah yang menjadi tantangan.

Menurutnya, nyamuk tak hanya berkembang biak di tempat yang terlihat, tetapi juga di tempat tersembunyi. Misalnya ketiak bunga atau daun yang di dalamnya terdapat air atau di tempat-tempat lain.

Melihat tantangan itu sekaligus metode pengendalian yang belum sepenuhnya efektif, dilansir dari laman resmi UGM, ugm.ac.id, peneliti UGM melalui Eliminate Dengue Project (EDP-Yogya) menggunakan teknologi bakteri Wolbachia.

Wolbachia merupakan bakteri yang alami yang terdapat pada serangga, seperti lalat buah, ngengat, kupu-kupu, dan sebagainya. Nah, telur nyamuk aedes aegypti yang mengandung wolbachia akan dikembangkan untuk mengatasi demam berdarah.

Cara kerjanya yaitu, setelah menetas, nyamuk jantan yang terinfeksi wolbachia kawin dengan betina yang tidak mengandung bakteri maka telur yang dihasilkan nyamuk betina tidak akan menetas.

Sebaliknya jika terjadi perkawinan nyamuk aedes aegypti jantan dan betina yang telah terinfeksi maka semua keturunanya akan mengandung wolbachia. Atau jika nyamuk aedes aegypti betina yang terinfeksi kawin dengan nyamuk jantan yang tidak terinfeksi, maka telurnya juga akan terinfeksi wolbachia.

"Coba kita gunakan wolbachia, seperti vaksin dalam tubuh nyamuk yang disebarluaskan mereka dengan beranak pinak," ungkap Andono.

"Sekarang kita sudah melepaskan di sekitar 50 persen kota Jogja. yang sekarang kita lakukan sedang mencari bukti ilmiahnya untuk bisa mengatakan, memang teknologi ini benar-benar bekerja untuk menurunkan demam berdarah," lanjutnya.

Penelitian tersebut, lanjutnya, akan selesai pada 2020 di mana mereka akan melihat hasilnya. 

"Kalau terbukti efektif kita akan mengadvokasikan kepada Kementerian Kesehatan agar ini menjadi salah satu alternatif strategi untuk mengatasi demam berdarah," pungkasnya. 

Berita Terkait

Berita Terkini