Himedik.com - Sekitar 50 persen dari orang yang berusia 75 tahun ke atas berisiko mengalami penyakit ginjal kronis. Namun sayangnya, penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang khas pada tahap awal.
Bahkan disampaikan dr. Pringodigdo Nugroho Sp.PD-KGH dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia, penyakit ginjal kronis baru menimbulkan gejalanya jika sudah kehilangan 90 persen dari fungsi ginjal normal.
Baca Juga
Hari Perempuan Internasional 2019, Ayo Stop Body Shaming!
Waduh, Bau Badan Bisa Buat Orang Menarik Diri dari Lingkungan Sosial
Setop Pakai Bra, Ini 5 Hal yang Akan Terjadi pada Tubuh
Nenek Reino Disoroti Saat Syahrini Sungkem, Ini 5 Tips Sehat Orang Jepang
Perhatikan! 5 Cara untuk Bantu Atasi Serangan Panik
Namun kabar baiknya risiko penyakit ginjal kronis bisa dideteksi lewat pemeriksaan sederhana seperti tes urin.
"Gejalanya bisa berupa penurunan nafsu makan, urin berbuih itu yang terlihat. Tapi risiko bisa diketahui lewat tes urin secara rutin," ujar dia diberitakan Suara.com.
Penyebab utama dari penyakit ginjal kronis sendiri kata dr Pringgo dipicu oleh penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes melitus, riwayat keluarga dengan penyakit ginjal, obesitas, merokok hingga usia lanjut.
"Untuk menurunkan risikonya maka seseorang harus melakukan aktivitas fisik, gula darah harus dikontrol, berat badan ideal, mengatur asupan cairan, hindari merokok, jangan mengonsumsi obat-obatan sembarangan biasanya obat penghilang nyeri yang mudah dibeli bebas," imbuhnya.
Sebenarnya tambah dr Pringgo, seiring dengan pertambahan usia, fungsi ginjal terus menurun. Itu sebabnya tak heran jika penyakit ini lebih menyerang lansia dibandingkan dewasa muda.
Jika sudah parah, maka pasien gagal ginjal kronis harus menjalani beberapa terapi seperti dialisis atau cuci darah hingga transplantasi ginjal.
"Cuci darah itu mengalirkan darah pasien ke dialiser atau ginjal buatan dimana racun dan cairan dibuang. Mesin membantu mengairkan darah," tandas dia. (Suara.com/Firsta Nodia)