Info

Rajin Olahraga, Mahasiswa di Kampus Akan Dapat Diskon dari Kantin

Kampus ini bisa mendeteksi aktivitas olahraga mahasiswanya lewat smartphones.

Vika Widiastuti | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Ilustrasi lari pagi - (Pixabay/nilachalpadmashanti)
Ilustrasi lari pagi - (Pixabay/nilachalpadmashanti)

Himedik.com - Sebuah kampus membuat program dengan bantuan kantin untuk mendorong mahasiswa menjaga kesehatan. Kampus itu adalah Universitas Zhejiang Gongshang.

Melalui program 'trade walk for money' (menukar jalan kaki dengan uang, -red), pihak kampus berharap, para mahasiswa makin rajin jalan kaki. Berdasarkan gagasan dari program itu, makin banyak langkah mahasiswa, makin besar diskon yang mereka dapatkan.

HiMedik.com mengutip BBC.com, Jumat (15/3/2019), dengan mencapai 10.000 langkah pada hari tertentu, mahasiswa dapat menikmati potongan 15% dari harga makanan mereka, sementara 40.000 langkah dapat memberi mereka diskon 45% pada hari itu.

Aplikasi pertukaran pesan China Wechat memiliki fungsi memantau dan merekam gerakan fisik pengguna. Yang perlu dilakukan mahasiswa adalah mengklaim hadiah mereka dengan menunjukkan catatan aktivitas di ponsel mereka kepada staf kantin.

Gagasan ini disukai oleh puluhan ribu orang di media sosial China Weibo. Namun, tak sedikit pula yang menentangnya.

Kantin - (Miaopai/)
Kantin - (Miaopai/)

"Ini adalah metode ekonomis untuk diet seimbang dan berolahraga," ungkap seorang pengguna Weibo yang mengaku sebagai ahli gizi di sebuah universitas di China.

"40.000 langkah, lutut pasti terbakar," komentar akun lainnya. Seorang netizen yang lain juga menyebutkan bahwa dia menderita ketegangan otot setelah berjalan kaki sebanyak 40.000 langkah.

Menanggapi keprihatinan tersebut, pihak Universitas Zhejiang Gongshang mengatakan bahwa jalan kaki hanyalah salah satu kegiatan yang diterima dalam skema tersebut.

"Ketika anak laki-laki bermain bola basket, smartphones mengumpulkan data dan menghitungnya sebagai langkah berjalan kaki," kata Zhang Linqin, seorang manajer di kantin universitas itu kepada The Paper.

Ia menambahkan, ide itu muncul dari perayaan Tahun Baru China atau Imlek.

"Selama liburan Tahun Baru Imlek bulan lalu, para mahasiswa menikmati terlalu banyak makanan enak di rumah. Tetapi makanan enak dan olahraga bisa hidup berdampingan," jelasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini