Info

Ambulans Mampir Isi Bensin lalu ke Kantor Polisi, Pasien Meninggal di Jalan

Mereka meninggalkan Lai Kim yang sekarat dengan anggota keluarganya di dalam ambulans.

Vika Widiastuti

Ilustrasi ambulans. (Pixabay/AKuptsova)
Ilustrasi ambulans. (Pixabay/AKuptsova)

Himedik.com - Seorang warga bernama Lai Kim dilaporkan meninggal karena ambulans yang membawanya ke rumah sakit sempat berhenti untuk membeli bahan bakar minyak (BBM). 

Insiden tersebut terjadi di Kuching, Sarawak, Malaysia pada Senin (11/3/2019). Akibat kejadian itu, putri Lai Kim, Fung Ying, sampai turun tangan untuk menyelidiki.

Kini, Fung Ying berupaya untuk meminta pertanggungjawaban dari otoritas setempat atas kejadian nahas yang menimpa mendiang ayahnya.

Dalam unggahan di jejaring sosial Facebook, Fung Ying menjelaskan ambulans tersebut sempat mampir di stasiun pengisian bahan bakar umum karena BBM-nya hampir habis.

Begini tulisannya:

"Pada pagi hari, ayah saya menderita sakit perut yang sangat parah. Detak jantungnya pun tak biasa. Ibu dan adik laki-laki saya pun bergegas mengantarkan ke klinik terdekat, Klinik Kesihatan Siburan di lingkungan kami."

"Mesin ECG mendiagnosa detak jantung ayah saya tidak normal. Namun, tak ada alat yang memadai di klinik tersebut untuk mengetahui lebih detail. Dokter pun merujuk ayah saya ke rumah sakit."

"Namun, ambulans yang mengantar ayah saya ternyata tidak langsung ke rumah sakit. Sirinenya pun tidak diaktifkan. Dengan kondisi ayah saya yang sekarat, ambulans itu mampir ke Petronas Siburan untuk mengisi BBM. Nahasnya, di sana, sebuah truk menabrak ambulans, sehingga pintu pengemudi tidak bisa ditutup."

"Ibu saya bilang ayah masih sadar ketika peristiwa itu terjadi. Dia (ayah) bilang ke ibu, 'Bagaimana kejadiannya? Kita seharusnya sudah sampai rumah sakit sekarang.' Saya meyakini kecelakaan memakan waktu di SPBU."

Yang bikin kaget, asisten medis dan sopir malah ke kantor polisi untuk melapor. Mereka meninggalkan Lai Kim yang sekarat dengan anggota keluarganya di dalam ambulans. Tiba-tiba, Lai Kim setop merespons. Kepalanya dingin.

"Adik saya bergegas meminta pertolongan ke asisten medis yang saat itu berada di kantor polisi. Dia (asisten medis) melakukan teknik CPR selama 15 menit ke ayah saya. Tapi nyawa ayah saya tidak tertolong. Dia meninggal pukul 11 pagi waktu setempat," ujar Fung Ying.

Sudah sepekan sejak ayahnya meninggal, namun respons yang diterima pihak keluarga hanyalah permintaan maaf. Fung Ying kini menagih jawaban dari otoritas setempat.

Dia juga mempertanyakan standar operasi prosedur dari paramedis tersebut. Mungkin, ayahnya masih hidup jika ambulans tersebut tidak mampir ke SPBU. (Suara.com/Rendy Adrikni Sadikin)

Berita Terkait

Berita Terkini