Info

Sperma Bisa Sebabkan Keguguran? Begini Kata Pakar

Bukan hanya dari pihak ibu, ayah pun bisa memengaruhi keguguran janin.

Rauhanda Riyantama | Yuliana Sere

Ilustrasi bayi meninggal - (Pixabay/TanteTati)
Ilustrasi bayi meninggal - (Pixabay/TanteTati)

Himedik.com - Keguguran terjadi karena masalah genetik fatal yang memengaruhi bayi. Dalam beberapa kasus, wanita mengalami keguguran karena infeksi, diabetes, masalah hormon, masalah sistem kekebalan tubuh dan kelainan rahim.

Melansir dari medicaldaily, penelitian menunjukkan tidak semua penyebab keguguran berasal dari sisi ibu atau selalu terkait dengan wanita.

Faktor potensial terbaru yang dapat menyebabkan kondisi telah ditemukan pada pria.

Sebuah studi yang baru-baru ini dipresentasikan pada pertemuan ENDO 2019 Endocrine Society di New Orleans, La., menyatakan kerusakan DNA sperma pada pasangan pria dapat menyebabkan keguguran.

"Perempuan yang mengalami ini menjalani banyak tes untuk menentukan penyebabnya, tetapi banyak kasus tidak memiliki penyebab yang diidentifikasi," kata Channa Jayasena, ketua peneliti dari Imperial College London di London.

"Namun, kita tahu bahwa sperma memainkan peran penting dalam pembentukan plasenta, yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi yang belum lahir."

Ilustrasi hamil bayi kembar - (Shutterstock)
Ilustrasi hamil bayi kembar - (Shutterstock)

Temuan ini berasal dari analisis kesuburan dan DNA sperma lebih dari 100 pria dengan pasangan yang sementara hamil.

Para peneliti membandingkan 50 pria sehat yang pasangannya tidak mengalami keguguran dengan 63 pria yang memiliki pasangan yang terkena dampak keguguran berulang.

Analisis difokuskan pada tingkat hormon seks seperti testosteron, jumlah dan perilaku sperma, tingkat kerusakan pada DNA sperma dan tes molekuler.

Para peneliti juga mengukur tingkat bahan kimia yang disebut spesies oksigen reaktif, yang dapat merusak sel-sel dalam semen.

Hasil penelitian menunjukkan pria dengan pasangan yang mengalami keguguran memiliki kerusakan DNA sperma dua kali lebih banyak dibandingkan dengan pasangan yang tidak terpengaruh.

Kelompok yang terkena dampak yang sama juga menunjukkan jumlah spesies oksigen reaktif empat kali lebih tinggi yang berpotensi merusak sperma mereka.

"Studi kami menunjukkan temuan ini berguna untuk menyelidiki apakah pasangan pria wanita ini memiliki kelainan dalam fungsi reproduksi mereka," kata Jayasena.

"Ini juga membuka target obat potensial baru yang dimungkinkan untuk merancang obat di masa depan agar bisa menghentikan kerusakan DNA sperma serta mengurangi risiko keguguran."

Berita Terkait

Berita Terkini