Info

Ilmuwan Temukan Terobosan Baru Pengobatan Alergi Kacang

Inhibitor spesifik alergen dikembangkan oleh tim peneliti.

Vika Widiastuti | Yuliana Sere

Ilustrasi alergi pada anak. (Shutterstock)
Ilustrasi alergi pada anak. (Shutterstock)

Himedik.com - Para ilmuwan telah menciptakan pengobatan alergi kacang dengan mempelajari antibodi.

Dilansir HiMedik dari newsweek, reaksi alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh salah membaca protein makanan sebagai ancaman sehingga tubuh membuat protein, yang dikenal sebagai immunoglobulin E (IgE) untuk menyerang alergen.

Pelepasan antibodi ini dapat menyebabkan gejala fatal yang berpotensi seperti reaksi alergi, termasuk gatal dan masalah pernapasan.

Menurut Food Allergy Research and Education, kacang adalah pemicu yang paling umum selain telur, kedelai, gandum, ikan dan kerang.

Pada saat ini, pasien dengan alergi makanan dapat mengobati kondisi mereka dengan mengonsumsi antihistamin. Namun, jika sudah parah, seseorang dapat diberi suntikan adrenalin.

Untuk studi mereka, yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, para ilmuwan merekrut 16 pasien yang alergi terhadap kacang tanah.

Mereka menguji serum dari darah partisipan untuk mengidentifikasi di mana IgE diikat dengan protein kacang.

Kacang tanah. (pixabay/Lebensmittelfotos)
Kacang tanah. (pixabay/Lebensmittelfotos)

Selanjutnya, para ilmuwan mengembangkan inhibitor, enzim yang mengikat enzim lain untuk mengurangi aktivitas mereka.

Molekul-molekul itu, yang mereka namakan inhibitor heterobivalen kovalen, ditemukan untuk menghentikan reaksi alergi dengan menghentikan IgES yang menempel pada protein kacang.

Basar Bilgicer, rekan penulis studi dan profesor di departemen teknik kimia dan biomolekuler di Universitas Notre Dame, mengatakan, "Tim saya mengembangkan inhibitor spesifik alergen spesifik kelas satu yang memblokir alergen kacang dari sistem kekebalan tubuh pasien.

'Perawatan yang tersedia saat ini, seperti antihistamin dan EpiPen, harus diberikan setelah reaksi alergi telah dimulai.

'Ini menghambat atau memblokir reaksi dari mulai dengan membuat alergen tidak terlihat oleh sistem kekebalan tubuh pasien."

Namun, kata Bilgicer, pengobatan tunggal tidak akan memberikan perlindungan permanen dari alergen, dan pasien perlu meminumnya secara rutin untuk perlindungan konstan.

Bilgicer berharap inhibitor suatu hari nanti dapat dikembangkan menjadi pengobatan yang akan digunakan dalam kombinasi dengan imunoterapi untuk menurunkan kepekaan tubuh pasien terhadap protein kacang.

"Kami saat ini sedang mencari jalur identifikasi untuk menerjemahkan teknologi kami ke klinik," katanya.

Berita Terkait

Berita Terkini