Himedik.com - Belakangan ini, cacar monyet atau monkeypox telah menyedot perhatian setelah kasusnya ditemukan di Singapura. Penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya ini terjadi pertama kali di pedalaman Central dan West Africa di daerah hutan tropis.
Penyakit ini biasanya ditularkan oleh satwa liar, seperti primata (monyet) dan rodents (hewan pengerat). Akan tetapi penularannya dari manusia ke manusia sangat terbatas.
Baca Juga
Atasi Kecanduan Gadget Anaknya Lewat Zumba, Ibu Ini Ungkap Pengalamannya
Alami Psoriasis, Wanita Ini Anggap Tubuhnya Seperti Bunga
Enam Tips Tetap Sehat Saat Mudik Lebaran, Kamu Harus Tahu!
Kamu Harus Tahu! Ini 11 Pedoman Kurangi Risiko Terkena Demensia dari WHO
Ketahui 4 Jenis Air Minum dalam Kemasan, Mana yang Lebih Bermanfaat?
Selain itu tak ada terapi khusus karena penyakit ini merupakan penyakit virus dan juga belum ada vaksinnya. Namun, terjadi kekebalan silang dengan orang yang sudah pernah divaksin smallpox atau cacar (vaksin untuk smallpox sudah tidak ada lagi karena vaksinasi sudah berakhir di tahun 1980).
Disampaikan oleh Wayan T. Artama dari One Health Collaborating Center UGM, gejala cacar monyet mirip dengan smallpox, yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot, dan adanya benjolan kecil di seluruh tubuh.
Penyakit ini pertama kalinya ditemukan di Republic Rakyat Congo tahun 1958 dan terjadi kasus secara seporadik sejak tahun 1970 di manusia di Afrika Tengah dan Barat, di beberapa negara seperti Republik Rakyat Congo, Congo, Camerun, Central Africa Republic, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leon, Gabon dan Sudan.
Pada 2017, terjadi wabah cacar monyet di Nigeria yang cukup besar. Bahkan pada 2003, di Amerika Serikat juga ada dua kasus dan di Inggris ada dua kasus pada 2019.
Lalu, pada 4 Mei 2019, ada satu kasus di Singapura orang asal Nigeria yang membawa virus ini pada akhir April. Menurut laporan, 23 orang yang melakukan kontak dengan pria yang bersangkutan telah diisolasi untuk mencegah penyebaran ke masyarakat luas.
Virus ini biasanya menular melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, kulit, dan cutaneus lesion dari hewan yang terinfeksi, serta melalui orang yang menangani atau berhubungan langsung dengan monyet. Selain itu, makan daging hewan yang terinfeksi pun bisa menularkannya.
Penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita terutama pada saluran pernapasan, kulit yang mengandung cairan cacar dari pasien.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan soal penyakir cacat monyet.
1. Cara mencegah
Mencegah penularan virus adalah dengan cara menerapkan hidup bersih dan sehat, yaitu mencuci tangan dengan sabun, menghindari kontak fisik dengan hewan yang terinfeksi, menghindari kontak langsung dengan penderita.
Selain itu, jangan makan daging hewan yang tidak dimasak dengan baik, jika kamu mengalami demam setelah mengunjungi wilayah tertentu segara periksakan diri.
Bukan itu saja, petugas medis yang berhubungan langsung dengan penderita atau suspect harus berhati-hati dan menggunakan proteksi yang dianjurkan. Yang terakhir, tak perlu panik, tetapi perlu waspada dan hati-hati.
2. Diagnosis
Melalui siaran pers yang diterima HiMedik.com, Wayan T. Artama menjelaskan monkeypox dapat didiagnosis di laboratorium menggunakan pendekatan molekuler seperti PCR, RDT dan dilakukan dengan hati hati baik dalm pengiriman sampel ataupun pengerjaanya di laboratorium yang memenuhi standar biosafety dan biosecurity.
Sampel yang paling baik adalah dari lesi atau swab dari cairan exudates, dapat juga dari darah dan serum.
3. Pengobatan
Belum ada pengobatan khusus dan vaksinasi untuk cacar monyet, tetapi wabah tersebut dapat dikontrol.
Selain itu, orang yang sudah mendapatkan vaksinasi smallpox masih bisa terlindungi karena ada kekebalan silang dan menurut laporkan kekebalan mencapai 85 persen, tetapi yang paling penting adalah mengurangi risiko penularan dengan cara pencegahan seperti di atas.