Info

Studi: Serangan Jantung Lebih Parah di Pagi Hari daripada Malam Hari

Penelitian tersebut membahas bagaimana waktu dalam sehari berpengaruh terhadap rasa sakit.

Vika Widiastuti

Ilustrasi serangan jantung - (Shutterstock)
Ilustrasi serangan jantung - (Shutterstock)

Himedik.com - Sebuah studi dalam jurnal Trends in Immunology mengungkapkan jika tingkat keparahan penyakit dipengaruhi oleh waktu. Yaitu mulai dari alergi hingga serangan jantung. Kok bisa?

Dilansir dari thehealthsite, para peneliti memperingatkan bahwa serangan jantung yang terjadi di pagi hari cenderung lebih parah dibanding yang terjadi di malam hari.

Penelitian tersebut membahas bagaimana waktu dalam sehari berpengaruh terhadap rasa sakit. Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa respons imun adaptif, di mana sel patogen penangkal yang sangat terspesialisasi berkembang selama beberapa minggu dan berada dalam kendali sirkadian.

Para ahli meneliti tikus dan melihat hubungan antara ritme sirkadian dan respons imun. "Ini Mencolok dan harus memiliki relevansi untuk aplikasi klinis dari transplantasi ke vaksinasi," ujar penulit senior studi Christoph Scheiermann, Profesor di University of Geneva di Swiss.

Menurut peneliti, pada manusia dan tikus, jumlah sel darah putih berosilasi secara sirkadian. Hingga pertanyaan pun muncul apakah suatu hari mungkin untuk mengoptimalkan respons imun melalui kesadaran dan pemanfaatan jam sirkadian.

Dalam penelitian ini, para ahli juga membandingkan ritme waktu sel kekebalan tubuh dalam kondisi normal, rentan peradangan, dan penyakit.

Perempuan terkena serangan jantung. (Shutterstock)
Perempuan terkena serangan jantung. (Shutterstock)

"Menelaah ritme sirkadian dalam imunitas bawaan dan adaptif adalah alat yang bagus untuk memahami interaksi fisiologis dan suksesi yang bergantung pada waktu dari peristiwa dalam menghasilan respons imun," imbuh Scheiermann.

Sementara itu dilansir dari WebMD, dalam sebuah penelitian yang dilaporkan di jurnal Heart, serangan jantung antara pukul 06.00 pagi dan tengah hari dikaitkan dengan kerusakan terbanyak.

Para peneliti pun meninjau data lebih dari 800 pasien serangan jantung yang dirawat di rumah sakit jantung di Madrid, Spanyol antara 2003 dan 2009. Serangan jantung yang terjadi di pagi hari dikaitkan dengan 20 persen lebih banyak jaringan jantung yang mati.

Peneliti studi Borja Ibanez, MD, PhD yang juga merupakan peneliti senior untuk untuk Pusat Nasional Penelitian Kardiovaskular Spanyol dan seorang ahli jantung di Madrid’s Hospital Clinico San Carlos, mengatakan kepada WebMD, studi ini menghubungkan fluktuasi sirkadian dengan tingkat keparahan serangan jantung pada manusia. Jika dikonfirmasi, temuan ini dapat memegaruhi pengobatan dan penelitian.

Para pasien yang termasuk dalam penelitian ini semuanya mengalami serangan jantung akibat penyumbatan di arteri.

Kerusakan otot jantung dihitung dengan memeriksa konsentrasi puncak creatine kinase (CK) dan troponin-I (TnI), enzim kunci yang dilepaskan sebagai respons terhadap cedera otot.

Selain itu, waktu serangan jantung juga dibagi menjadi empat periode, yaitu setiap 6 jam dalam 24 jam.

Hasilnya, jumlah terbesar serangan jantung pada pagi hari, yaitu dengan 269 pasien membutuhkan perawatan antara pukul 06.00 pagi hingga siang hari. Serangan jantung paling sedikit terjadi antara tengah malam dan jam 06.00 pagi dengan 141 pasien yang membutuhkan perawatan.

Kesehatan jantung. (Shutterstock)
Kesehatan jantung. (Shutterstock)

Pasien yang serangan jantungnya terjadi antara jam 06.00 pagi dan siang hari memiliki kadar CK dan  TnI 21% lebih tinggi daripada pasien yang mengalami serangan jantungnya antara tengah malam hingga pukul 06.00 pagi.

Namun,  tidak begitu jelas mengapa serangan jantung lebih sering terjadi di pagi hari. Sebuah studi baru-baru ini dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi tidak ada kaitannya.

Padahal tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama untuk serangan jantung dan stroke. Peneliti Harvard Steven A. Shea, PhD, dan rekannya juga menemukan bahwa peserta penelitian justru memiliki pembacaan tekanan darah terendah hari itu saat jam-jam pagi.

Penelitian Ibanez menunjukkan bahwa fluktuasi reseptor hormon yang mengikat adrenalin sepanjang hari dapat menjelaskan pengaruh sirkadian pada serangan jantung.

“Jika kita dapat mengidentifikasi protein pelindung yang meningkat di kemudian hari, kita mungkin dapat mengembangkan obat untuk meniru perlindungan ini," katanya.

Berita Terkait

Berita Terkini