Himedik.com - Radang otak atau peradangan akut yang disebabkan oleh infeksi virus perlu diwaspadai. Penyakit ini merupakan penyakit mematikan karena berhubungan dengan organ paling penting.
Biasanya penyakit ini dipicu oleh beberapa faktor termasuk gaya hidup, baik dari segi makanan maupun kegiatan sehari-hari.
Baca Juga
Hasil Penelitian: Berpelukan Lebih Menyehatkan Jantung Wanita daripada Pria
Idap Masalah Otak, Gadis Ini Harus Jalani 6 Kali Operasi
Muntah 10 Hari, Dokter Kaget dengan Isi Perut Wanita Ini
5 Manfaat Minum Es Cincau, Sembuhkan Kanker Hingga Kontrol Gula Darah
Minum Air Rendaman Kismis Secara Rutin, Ini yang Akan Terjadi Pada Tubuh
Melansir dari Popular Science, stres jangka panjang juga bisa menjadi faktor seseorang menderita radang otak.
Para peneliti telah melakukan studi baru pada hewan tikus yang membuktik adanya hubungan antara stres dan radang otak.
Pada studi mereka yang tertera dalam Journal of Neuroscience mencoba menempatkan beberapa ekor tikus yang agresif di dalam kandang selama seminggu.
Setelah seminggu terkurung di dalam kandang, beberapa ekor tikus itu terlihat stres. Mereka tidak bisa menemukan lubang tempat biasa mencari makan dan bermain ketika belum dikurung dalam kandang selama seminggu.
Peneliti pun menyimpulkan bahwa stres telah merusak memori dan daya ingat tikus sehingga mereka kesulitan mencari lubang atau gorong-gorong yang biasanya jadi tempat mereka berkumpul.
"Tikus-tikus yang stres kesulitan mengingatnya, tetapi tikus yang tidak stres tidak mengalami hal demikian," kata Jonathan Godbout, profesor ilmu saraf di Ohio State University.
Setelah 4 minggu mereka bertahan hidup dalam kondisi stres, tikus-tikus tersebut meringkuk di sudut ruangan. Gelagat tikus yang meringkuk dan tidak aktif seperti sebelumnya sebagai bentuk gejala depresi.
Para peneliti pun menduga stres berat telah memengaruhi hippocampi tikus, yakni bagian kunci otak yang berkaitan dengan memori dan navigasinya.
Stres telah menyebabkan sistem kekebalan tikus menyerang otak mereka sendiri yang akhirnya terjadi peradangan otak.
Penelitian tersebut pun membuktikan bahwa peradangan otak yang terjadi di belakang efek neurologis disebabkan oleh stres berat atau stres akut.
Bahkan penelitian tentang hubungan stres dengan radang otak ini pun bukan pertama kalinya dilakukan oleh para peneliti.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan menjadi informasi baru bahwa stres, kecemasan, dan depresi bisa menjadi pemicu seseorang menderita radang otak atau memperburuknya jika memang ia sudah berstatus penderita.