Info

Kekurangan Vitamin D pada Bayi Tingkatkan Risiko Alami Tekanan Darah Tinggi

Saat hamil, seorang ibu seharusnya mempunyai kadar vitamin D yang tinggi.

Vika Widiastuti | Rosiana Chozanah

Ilustrasi seorang ibu melahirkan bayi kembar dari ayah yang berbeda (Pexels/Dominika Roseclay)
Ilustrasi seorang ibu melahirkan bayi kembar dari ayah yang berbeda (Pexels/Dominika Roseclay)

Himedik.com - Studi baru-baru ini mengungkapkan, bayi yang lahir kekurangan vitamin D memiliki risiko lebih besar mengalami tekanan darah tinggi.

Bayi yang vitamin D-nya di bawah normal saat lahir berisiko 60% lebih besar terkena tekanan darah sistolik tinggi antara usia enam dan 18 tahun, menurut penelitian American Heart Association.

Oleh karena itu, saat hamil, seorang ibu seharusnya mempunyai kadar vitamin D yang tinggi.

Jika tidak mendapatkan cukup vitamin D dari makanan, paparan sinar matahari atau suplemen saat dia hamil, janin tidak akan mampu menyerap kalsium yang dibutuhkan untuk membuat tulang mereka kuat.

Hal ini juga memiliki efek negatif bagi kesehatan jantung bayi di kemudian hari, meningkatkan risiko terkena penyakit jantung pada bayi-bayi ini.

Ilustrasi bayi menangis [shutterstock]
Ilustrasi bayi [shutterstock]

Vitamin D dan fosfor bekerja sama dalam memastikan konsentrasi kalsium dalam darah seseorang cukup tinggi untuk mineral untuk disimpan di tulang.

Melansir Daily Mail, vitamin D juga dinilai mempunyai manfaat lebih dari kekuatan tulang. Asupan vitamin D yang memadai juga berkaitan dengan rendahnya risiko usus besar, diabetes, kanker prostat dan payudara, multiple sclerosis, suasana hati serta fungsi paru-paru yang lebih baik.

Vitamin D juga tampaknya membantu menjaga tekanan darah pada orang dewasa.

Studi terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan Universitas Johns Hopkins ini menunjukkan, kemungkinan ini memiliki efek yang sama pentingnya dalam perkembangan bayi dan anak-anak.

"Temuan kami meningkatkan kemungkinan bahwa skrining dan pengobatan defisiensi vitamin D dengan suplemen selama kehamilan dan anak usia dini mungkin merupakan pendekatan yang efektif untuk mengurangi tekanan darah tinggi di kemudian hari," kata Dr Guoying Wang, asisten ilmuwan di Johns Hopkins dan penulis utama studi tersebut.

Berita Terkait

Berita Terkini