Info

Berkaca dari Kasus Guru Honorer Threesome di Bali, Pahami Risikonya!

Kasus threesome yang melibatkan oknum guru honorer dan anak didiknya tentu bisa menyebabkan sejumlah risiko berbahaya.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

ilustrasi threesome (shutterstock)
ilustrasi threesome (shutterstock)

Himedik.com - Guru honorer, SND (29) bersama kekasihnya yang pegawai honorer di Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Kabupaten Buleleng, AAPW (29) terancam bui akibat kasus threesome. Kedua pelaku juga melibatkan anak didik SND yang masih di bawah umur dalam melakukan threesome.

Kasat Reskrim Polres Buleleng Ajun Komisaris Vicky Tri Haryanto, mengatakan kedua pelakukan melakukan praktik threesome ini pada 26 Oktober 2019.

Saat itu SND yang merupakan guru SMK memaksa siswinya berinisial V melakukan threesome dengan iming-iming dibelikan baju baru.

"Pelaku pria menginginkan persetubuhan bertiga. Pelaku pria membujuk pelaku wanita untuk mencarikan salah satu siswi. Korban awalnya tidak mau, akhirnya dengan bujuk rayu korban mau menemani ke kos," ujar Vicky seperti diberitakan Beritabali.com-jaringan Suara.com di Mapolres Buleleng pada Kamis (7/11/2019) siang.

AAPW mengakui keinginannya melakukan threesome diakibatkan karena menonton video porno online. Kasus ini pun baru terungkap setelah orang tua V melapor ke polisi pada hari Rabu (6/11) pekan ini.

Hubungan seksual bertiga atau threesome ini tentunya memiliki risiko yang sama dengan hubungan seksual tidak setia. Menurut seksolog dr. Made Oka Negara, ada dua risiko dari hubungan seksual threesome, yakni secara fisik dan psikis.

Ilustrasi threesome - (Shutterstock)</p>
Ilustrasi threesome - (Shutterstock)

 

Dalam hal ini, orang yang terlibat praktik threesome lebih berisiko tertular penyakit infeksi menular seksual, apabila salah satunya mengidap penyakit tersebut dan hubungan seksual dilakukan tanpa kondom.

"Secara fisik, kemungkinan risiko tertular IMS atau Infeksi Menular Seksual jika ada salah satunya mengidap IMS dan aktivitas threesome tidak menggunakan kondom. Aktivitas threesome memiliki kecenderungan pelakunya memiliki juga kemungkinan beberapa pasangan seksual lain," ujar dr. Made Oka Negara ketika dihubungi Suara.com, Jumat (8/11/2019).

Begitu pula risiko secara psikis apabila adalah salah satu pihak yang melakukannya karena paksaan. Menuru dr. Made Oka, pratik threesome ini bisa menyebabkan distress atau depresi bagi pihak yang dipaksa. Bahkan praktik ini bisa saja menimbulkan traumatik.

Pada intinya, risiko hubungan seksual threesome sama besarnya dengan hubungan seksual tidak setia. Namun, hubungan seksual threesome memiliki risiko tambahan, yakni risiko psikososial.

 dr. Made Oka Negara dalam Media Briefing dan Training: Harmonisasi Program Keluarga Berencana Bali Untuk Kesejahteraan Indonesia' di Hotel Grand Santhi, Denpasar, Bali pada Senin (28/10/2019). (Suara.com/Shevinna Putti Anggraeni)
dr. Made Oka Negara dalam Media Briefing dan Training: Harmonisasi Program Keluarga Berencana Bali Untuk Kesejahteraan Indonesia' di Hotel Grand Santhi, Denpasar, Bali pada Senin (28/10/2019). (Suara.com/Shevinna Putti Anggraeni)

"Malah ada tambahan risiko psikososial seandainya aktivitas ini ingin diketahui orang dan menimbulkan cap buruk bagi pelakunya," jelasnya.

Dalam kasus guru honorer threesome yang sedang viral kali ini, dr. Made Oka berpendapat bahwa kasus ini bisa berdampak psikososial bagi korbannya, yakni siswi SND yang mendapat paksaan oleh kedua pelaku.

"Karena menjadi viral, hal ini dapat berdampak psikososial buat si siswi yang tidak mudah untuk dipulihkan nanti," tandasnya.

Selain itu, hubungan seksual threesome juga bisa menimbulkan risiko kesehatan fisik lainnya jika dilakukan menggunakan alat bantu seksual, seperti sex toys, penggunaan fetish stuffs (cambuk, rantai, tali ikat) dan lainnya.

 

Berita Terkait

Berita Terkini