Info

Peneliti: Kemungkinan Virus Corona Wuhan Bisa Menular Lewat Fecal Oral

Fecal oral merupakan penularan melalui mulut dari benda atau konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi kotoran pasien yang terinfeksi virus corona.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Virus Corona Wuhan (Suara.com/Shutterstock)
Virus Corona Wuhan (Suara.com/Shutterstock)

Himedik.com - Sejak pertama kali virus corona Wuhan merebak, para pakar menyarankan masyarakat melakukan pencegahan penularan dengan selalu menggunakan masker karena virus dapat menular melalui udara.

Selain udara, 2019-nCoV juga dapat menular dari manusia ke manusia melalui sentuhan permukaan yang terkontaminasi dan melalui mata.

Sekarang, sebuah temuan baru menunjukkan dugaan bahwa virus juga terdapat di kotoran manusia. Dugaan ini didasarkan pada gejala pasien yang terinfeksi, yaitu diare.

Ilmuwan China telah menemukan jejak genetik virus corona baru di dalam kotoran beberapa pasien yang terinfeksi, kemungkinan mengindikasikan cara penularan baru.

Dilansir South China Morning Post, temuan baru dari Shenzhen Third People's Hospital ini meningkatkan kemungkinan penularan melalui fecal oral.

Virus Corona. (Antara)
Virus Corona. (Antara)

Artinya, virus dapat masuk ke mulut melalui benda, makanan, atau minuman yang sudah terkontaminasi kotoran orang yang terinfeksi virus corona.

Adanya RNA 2019-nCoV atau asam ribonukleat, sebuah molekul yang membawa kode genetik pada beberapa virus, mengindikasikan penyakit itu dapat hidup di kotoran.

Hasil ini pun menggemakan temuan serupa di tempat lain, termasuk di Wuhan dan Amerika Serikat, di mana ilmuwan juga mengatakan bahwa kemungkinan virus dapat ditularkan melalui kotoran manusia.

Para ilmuwan pun menyimpulkan bahwa virus ini dapat ditularkan 'ke tingkat tertentu' melalui transmisi fecal oral.

"Dokter, terutama ahli pencernaan, harus memerhatikan dengan cermat gejala pneumonia atipikal yang disebabkan oleh infeksi virus corona baru, dan mengambil perlindungan pribadi terhadap muntahan dan kotoran (pasien)," kata peneliti.

Berita Terkait

Berita Terkini