Info

Penelitian: Pola Makan Tinggi Protein Mengancam Kesehatan Jantung

Berbagai penelitian menunjukkan makanan berprotein tinggi dapat memengaruhi kesehatan jantung dan sistem kardiovaskular.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi daging ayam (Pexels/Pixabay)
Ilustrasi daging ayam (Pexels/Pixabay)

Himedik.com - Diet tinggi protein dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan berprotein tinggi sebagai sumber energi tubuh daripada konsumsi karbohidrat dipercaya dapat membantu menurunkan berat badan dan membentuk massa otot.

Namun, semakin ke sini, para peneliti mulai mempertanyakan apakah makanan kaya protein memberikan manfaat yang cukup untuk mengimbangi risiko potensial.

Sebagian besar, berbagai penelitian baru-baru ini menunjukkan makanan berprotein tinggi dapat memengaruhi kesehatan jantung dan sistem kardiovaskular.

Misalnya saja dalam sebuah studi terhadap hewan yang dilakukan oleh seorang profesor kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St. Louis, menunjukkan pola makan tinggi mungkin dapat menyebabkan masalah kardiovaskular, seperti aterosklerosis.

Sekarang, sebuah studi baru pada manusia memperlihatkan hubungan antara makanan berprotein tinggi (dengan kandungan asam amino sulfur tinggi) dengan peningkatan risiko kardiometabolik.

Perlu diketahui, protein terdiri dari senyawa kecil yang disebut asam amino, yang memiliki variasi dalam komponennya. Beberapa mengandung atom unsur sulfur. Inilah mengapa disebut dengan asam amino dengan sulfur.

Sebenarnya, asam amino sangat dibutuhkan tubuh agar dapat berfungsi dengan baik. Namun, jika kandungan ini berlebihan tentu akan menjadi berbahaya, sama seperti nutrisi lainnya.

Inilah yang peneliti Penn State perhatikan ketika mereka melihat data pola makan dan status kesehatan 11.576 orang yang diakses melalui National Health and Nutrition Examination Survey ketiga (NHANES III).

Ilustrasi daging kambing. (Pixabay/SvenHilker)
Ilustrasi daging kambing. (Pixabay/SvenHilker)

Peneliti mencoba untuk menilai risiko masing-masing peserta terhadap masalah kardiometabolik, seperti peyakit jantung, stroke dan diabetes.

Hasilnya menunjukkan, yang dilansir Medical News Today, nilai risiko kardiometabolik pada peserta yang mendapatkan banyak asupan asam amino dengan sulfur cenderung lebih tinggi.

Hubungan ini tetap ada bahkan setelah para peneliti memperhitungkan faktor pembaur, termasuk usia, jenis kelamin biologi, dan riwayat kondisi kesehatan seperti hipertensi dan diabetes.

Hampir semua makanan adalah sumber asam amino dengan sulfur, kecuali biji-bijian, buah dan sayuran.

"Daging dan makanan berprotein tinggi lainnya umumnya lebih tinggi dalam kandungan asam amino dengan sulfur," kata penulis utama, Zhen Dong, Ph.D.

Sedangkan orang-orang yang makan banyak produk nabati memiliki jumlah asam amino dengan sulfur yang lebih rendah.

Penelitian ini pun diterbitkan dalam EClinicalMedicine dan dilakukan oleh ennsylvania (Penn) State University di State College.

Namun, para peneliti mengingatkan bahwa temuan saat ini, sejauh ini, hanya pengamatan, menunjuk pada hubungan daripada memverifikasi kausalitas.

Berita Terkait

Berita Terkini