Info

Bukan 2019-nCoV, Ilmuwan akan Segera Umumkan Nama Resmi Virus Corona

2019-nCoV merupakan nama sementara yang direkomendasikan oleh WHO.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi virus corona dan petugas medis Wuhan. (Antara)
Ilustrasi virus corona dan petugas medis Wuhan. (Antara)

Himedik.com - Virus corona Wuhan hingga Kamis (6/2/2020) telah menginfeksi sekitar 28.018 orang dan menyebabkan 563 kasus meninggal.

Kabar baiknya, angka kesembuhan dari wabah penyakit seperti pneumonia ini juga mengalami peningkatan, yaitu 1.020.

Selama ini, kita menyebutnya sebagai virus corona. Padahal, ini adalah nama dari kelompok virus yang dimilikinya. Kemudian, virus penyebab masalah pernapasan ini pun diberi nama sementara, yaitu 2019-nCoV. Tetapi nama ini sulit diucapkan.

Hanya untuk menamai sang virus berbahaya ini, sekelompok ilmuwan telah berdiskusi untuk menemukan istilah yang tepat. Kepada BBC, mereka mengaku akan mengumumkannya.

"Penamaan virus baru seringkali tertunda dan fokusnya sampai sekarang hanya pada respons kesehatan masyarakat, yang mana kondisi ini dapat dimengerti," ujar Crystal Watson dari Johns Hopkins Center for Health Security.

Meski begitu, kata Watson, penamaan seperti ini juga harus menjadi prioritas.

Warga di Kota Wuhan tergeletak di jalanan diduga tewas karena virus corona, foto diambil pada Kamis (30/1/2020). (Foto: AFP / Hector Retamal)
Warga di Kota Wuhan tergeletak di jalanan diduga tewas karena virus corona, foto diambil pada Kamis (30/1/2020). (Foto: AFP / Hector Retamal)

Untuk membedakan virus ini, para ilmuwan telah menyebutnya sebagai virus baru atau virus corona. Dinamai dengan 'virus corona' karena paku yang menonjol seperti mahkota ketika dilihat melalui mikroskop.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan nama sementara 2019-nCoV. Nama ini mencakup tahun ditemukannya virus, 'n' untuk menunjukkan novel atau new (baru), dan 'CoV' untuk nama kelompok virus corona.

"Nama yang sekarang tidak mudah digunakan dan media serta publik menggunakan nama lain untuk virus ini. Bahaya ketika kita tidak memiliki nama resmi adalah orang-orang mulai menggunakan istilah seperti Virus China, dan itu dapat menyebabkan reaksi balik terhadap populasi tertentu," sambungnya.

Dengan adanya media sosial, nama tidak resmi akan mudah dipertahankan dan sulit untuk diubah, tambahnya.

Berita Terkait

Berita Terkini