Info

Nama Resmi Virus Corona Baru Sudah Disetujui WHO, COVID-19

Dengan diresmikannya COVID-19, WHO berharap nama tersebut dapat digunakan oleh semua orang.

Yasinta Rahmawati

Ilustrasi virus corona. (Shutterstock)
Ilustrasi virus corona. (Shutterstock)

Himedik.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya mengumumkan nama resmi untuk penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru adalah COVID-19.

Dilansir dari BBC News, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal badan global mengatakan hal tersebut di sebuah konferensi di Jenewa, Selasa (11/02/2020).

"Kami sekarang memiliki nama untuk penyakit ini dan itu COVID-19," ujarnya.

CO adalah singkatan dari corona, VI adalah singkatan dari virus, dan D untuk penyakit, maka jadilah COVID. Sedangkan angka 19 untuk mewakili tahun 2019 saat wabah tersebut muncul.

Sebelumnya, para peneliti telah menyerukan penggodokan nama resmi untuk menghindari kebingungan dan stigmatisasi kelompok atau negara mana pun.

"Kami harus menemukan nama yang tidak merujuk ke lokasi geografis, hewan, individu atau kelompok orang, dan yang juga dapat diucapkan dan terkait dengan penyakit ini," kata kepala WHO.

Pengecekan suhu tubuh Virus Corona di Tower Apartemen Mediterania Garden Residences 2, Jakarta Barat, Kamis (6/2).  [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Pengecekan suhu tubuh Virus Corona di Tower Apartemen Mediterania Garden Residences 2, Jakarta Barat, Kamis (6/2). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

"Memiliki nama penting untuk mencegah penggunaan nama lain yang bisa tidak akurat atau menstigmatisasi. Itu juga memberi kita format standar untuk digunakan untuk wabah virus corona di masa depan."

Dengan diresmikannya COVID-19, WHO berharap nama tersebut dapat digunakan oleh semua orang dan menghindari stigma atau nama yang membingungkan.

Diperlukan waktu lebih dari sebulan untuk menemukan nama yang tepat bagi virus tersebut, kata peneliti ICTV. Sebab ada hal-hal yang lebih penting untuk dilakukan pada awal wabah muncul.

Selama waktu tersebut, ilmuwan menjulukinya 2019-nCoV namun tidak banyak digunakan.

Dr. Crystal Watson dari Universitas Johns Hopkins di Baltimore, Maryland, mengatakan kepada BBC pekan lalu bahwa nama 2019-nCoV tidak mudah digunakan dan media serta publik memilih menggunakan nama lain untuk virus.

"Bahaya ketika Anda tidak memiliki nama resmi adalah orang-orang mulai menggunakan istilah-istilah seperti China Virus, dan itu dapat membuat reaksi balik terhadap populasi tertentu," jelasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini