Info

Corona Covid-19 Munculkan Fenomena Panic Buying, Begini Cara Meresponsnya

Berikut cara merespons kepanikan yang menimbulkan panic buying akibat virus corona Covid-19.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Masker kosong di Apotek Jalan Sultan Agung, Umbulharjo, Yogakarta. (Suarajogja.id/M Ilham Baktora)
Masker kosong di Apotek Jalan Sultan Agung, Umbulharjo, Yogakarta. (Suarajogja.id/M Ilham Baktora)

Himedik.com - Setelah pemerintah mengumumkan adanya kasus virus corona Covid-19 di Indonesia, masyarakat mulai panik. Kepanikan ini pada akhirnya menyebabkan beberapa kelompok masyarakat melakukan panic buying, fenomena pembelian produk tertentu akibat berada di bawah tekanan.

Berdasarkan perspekstif ilmu saraf, bagian otak yang memproses rasa takut dan emosi (amygdala) sudah terlalu aktif ketika menghadapi ancaman. Aktivasi tinggi ini sementara waktu mematikan pemikiran rasional seseorang.

"Kita tidak dapat bernalar secara rasional, kita lebih mudah dipengaruhi oleh pemikiran kelompok, perilaku kita menjadi irasional," kata psikolog klinis Hong Kong, Cindy Chan, dilansir South China Morning Post, Rabu (4/3/2020).

Menanggapi fenomena ini, Singapore Psychological Society mengeluarkan pesan bagaimana cara merespons kepanikan serta 'pertarungan' antar-kelompok masyarakat akibat virus corona, sebagai berikut:

 
  1. Orang perlu mengakui bahwa mereka sama-sama sedang menghadapi kondisi yang sulit, membuktikan dan mengakui ketakutan satu sama lain, serta memberi jeda untuk mempertimbangkan tanggapan orang lain.
  2. Masyarakat perlu saling menghormati, menyatakan perasaan tidak nyaman atau cemas jika masalah terlalu sulit untuk ditangani, dan juga memperhatikan ketidaknyamanan orang lain.
  3. Ada kebutuhan bagi setiap orang untuk menjalankan tanggung jawab individu dan membeli sesuai keperluan.
  4. Orang harus beralih ke sumber informasi dan pengecekan fakta yang dapat diandalkan.
  5. Masyarakat perlu 'berhenti sejenak' untuk memikirkan bagaimana cara menyuarakan keluhan, tertutama secara online, yang dapat menimbulkan stres dan ketegangan tambahan.

"Kita bisa berusaha memahami perspektif dan pilihan yang berbeda, daripada terlibat dalam permainan menyalahkan," tulis Singapore Psychological Society, bersama dengan pesan di atas.

"Mari kita lindungi, tidak hanya kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan komunitas tempat kita tinggal. Bersama-sama kita dapat berperan dalam membangun masyarakat yang lebih tangguh dalam menghadapi krisis," tambah mereka.

Berita Terkait

Berita Terkini