Info

Covid-19 Bikin Italia Lockdown, Warga Awalnya Meremehkan Virus Corona

"Kondisi Indonesia saat ini mirip seperti Italia 20-23 hari yang lalu. Jadi semoga bisa belajar," demikian ungkap dr. Adhiatma Gunawan.

Rima Sekarani Imamun Nissa

Ilustrasi Italia. (Pixabay/David Mark)
Ilustrasi Italia. (Pixabay/David Mark)

Himedik.com - Dalam penanganan pandemi virus corona Covid-19, lockdown di Italia diharapkan bisa diambil sisi positifnya, yaitu sebagai pembelajaran di Indonesia. Untuk mengetahui kondisi warga setempat di tengah kebijakan Italia lockdown, dr. Adhiatma Gunawan, Head of Medical Grab Health menghubungi rekannya, July Veronica yang tinggal di Florence, Italia.

July Veronica mulai menceritakan kondisinya selama kebijakan Italia lockdown diterapkan.

"Kita sudah lockdown hari ke sebelas. Kami keluar hanya ke pasar atau sekadar mengajak anjing keluar jalan-jalan," kata dia.

Kondisi Indonesia saat ini mirip seperti Italia 20-23 hari yang lalu

Cerita Warga yang Terkena Lockdown di Italia. (Istimewa)
dr. Adhiatma Gunawan. (instagram.com/adhiatma)

Sebagai pembuka, dr. Adhiatma Gunawan mengungkapkan tujuannya melakukan obrolan dengan temannya yang tinggal di Italia ini.

"Oke, seperti yang saya katakan sebelum live ini, obrolan ini harapannya bisa jadi pembelajaran di Indonesia. Sebagai seorang dokter saya merasa pemerintah memang perlu mengantisipasi. Karena dari data statistik, kondisi Indonesia saat ini mirip seperti Italia 20-23 hari yang lalu. Jadi semoga bisa belajar," ucap dr. Adhiatma Gunawan.

Selanjutnya, July Veronica mengungkapkan seperti apa kondisinya saat awal-awal virus corona mewabah di Milan.

"Iya benar. Soalnya kami pada saat awal-awal wabah di Milan, teman-teman dari China udah nasehatin seperti disuruh pakai masker, jangan terlalu dekat dengan orang, jangan ke restoran dan semacamnya," kata July.

"Awalnya kita mikir ini paling pengaruh informasi dari sosial media, tapi ternyata memang corona ini dampaknya luar biasa dan memang menular dengan cepat," lanjutnya.

July Veronica lalu mengingatkan kepada teman-teman di Indonesia untuk melakukan 'lockdown' secara mandiri.

"Untuk teman-teman di Indonesia, kalau bisa mulai praktikan social distancing dan mulai lockdown mandiri. Kalau tidak perlu banget tidak usah keluar. Pikirkan juga yang di rumah. Karena mungkin ketika kamu keluar tidak apa-apa, tapi dampaknya beda untuk yang orang-orang tua. Dampaknya bisa lebih fatal," ucapnya menyarankan.

Lockdown di Italia, Warga Masih Bisa Pesan Antar Makanan

Cerita Warga yang Terkena Lockdown di Italia. (Istimewa)
Cerita Warga yang Terkena Lockdown di Italia. (Istimewa)

July Veronica menceritakan kondisinya saat Italia lockdown kepada dr. Adhiatma Gunawan, Head of Medical Grab Health yang merupakan teman baiknya.

"Kita sudah lockdown hari ke sebelas. Kami keluar hanya ke pasar atau sekadar mengajak anjing keluar jalan-jalan," tuturnya.

Ia pun mengaku bisa pergi ke pasar sekitar 2 sampai 3 hari sekali.

"Sekitar 2-3 hari sekali (ke pasar). Aku sendiri lebih suka ke pasar daripada supermarket karena tidak perlu antre. Kalau di Supermarket harus ngantre panjang, karena kan jarak antrean 3 meter per orang. Jadi harus nunggu sekitar 20 menit baru dapat," ungkap July Veronica.

Mendengar jawaban tersebut, dr. Adhiatma Gunawan pun penasaran dengan kebenaran berita di media dan internet, terkait jarak untuk antre yang renggang. Rupanya, July Veronica membenarkan berita tersebut.

"Benar. Ketika keluar, kota memang sepi. Kalau pun ada orang, pasti renggang-renggang saat antre. Mereka sisakan jarak satu sama lain," jawab dia.

July Veronica juga mengatakan bahwa saat ini orang-orang di sana jarang pakai masker. Hal itu kemungkinan karena persediaan masker di Italia sudah habis.

Harga masker di Italia di sekitar July tinggal relatif sedikit lebih mahal. Namun, menurutnya tidak melonjak drastis. Sekitar 5 Euro dari harga biasa 2 sampai 3 Euro.

Walau harga masker relatif naik, harga makanan rata-rata masih sama. July juga masih bisa melakukan pesan antar makanan juga.

Restoran pun masih ada yang buka. Hanya saja, masyarakat harus pakai layanan pesan antar, namanya Deliveroo. (Farah Nabilla)

Berita Terkait

Berita Terkini