Info

Belajar dari Masa Lalu, Kunci Korea Selatan Mengatasi Pandemi Corona

Indonesia perlu belajar banyak dari kesigapan Korea Selatan menangani wabah virus corona baru.

Yasinta Rahmawati

Kim Woo-Ju, ahli penyakit menular di Korea Univesity College of Medicine. (YouTube/Asian Boss)
Kim Woo-Ju, ahli penyakit menular di Korea Univesity College of Medicine. (YouTube/Asian Boss)

Himedik.com - Korea Selatan sempat menjadi salah satu negara dengan kasus virus corona baru atau Covid-19 terbanyak. Pada akhir Februari dan awal Maret, jumlah infeksi virus corona baru di negara itu meledak, dari yang semula hanya beberapa lusin menjadi ribuan orang.

Namun selanjutnya, seperti dikutip dari cuitan Scott Gottlieb, mantan komisioner Food and Drug Administration, Korea Selatan menunjukkan Covid-19 mampu dikalahkan dengan kesehatan masyarakat yang cerdas dan agresif.

Sebab dalam hitungan minggu setelah jumlah infeksi meledak, kasus corona Covid-19 di sana menurun tajam. Diketahui pada puncaknya, para pekerja medis mengidentifikasi 909 kasus baru dalam satu hari di 29 Februari.

Namun kini, saat Italia masih mencatat beberapa ratus kematian setiap hari, Korea Selatan tidak memiliki lebih dari delapan dalam sehari.

Korea Selatan dipuji atas respons cepat menangani dan melakukan tes corona. Dilaporkan Korea Selatan melakukan 15.000 tes setiap hari, total sudah 338.000 tes yang dilakukan sampai 23 Maret.

Bagaimana Korea Selatan dapat dengan begitu baik mengatasi pandemi corona?

Kim Woo-Ju, ahli penyakit menular di Korea Univesity College of Medicine. (YouTube/Asian Boss)
Kim Woo-Ju, ahli penyakit menular di Korea Univesity College of Medicine. (YouTube/Asian Boss)

Dalam salah satu video yang diunggah channel Asian Boss di YouTube pada Sabtu (28/03/2020), seorang ahli penyakit menular asal Korea Selatan menjabarkan alasannya.

Kim Woo-Ju, profesor di departemen penyakit menular di Korea Univesity College of Medicine menyebut kesigapan itu tak terlepas dari pengalaman Korea Selatan melawan wabah.

Korea Selatan sudah pernah melewati flu babi di 2009 dan MERS di 2005, sehingga banyak masyarakat di sana yang sudah teredukasi. Mereka sadar untuk memakai masker dan mencuci tangan rutin untuk mencegah infeksi.

Berita Terkait

Berita Terkini