Info

Virus Corona Baru: Berikut 3 Penemuan Baru dari Peneliti tentang Covid-19

Meski sudah berbulan-bulan, nyatanya masih banyak hal yang masih harus 'digali' dari virus corona baru ini.

Rima Sekarani Imamun Nissa | Rosiana Chozanah

Ilustrasi masker dan virus corona. (Pixabay)
Ilustrasi masker dan virus corona. (Pixabay)

Himedik.com - Pandemi Covid-19 sudah berlangsung hingga tiga bulan lebih sejak Desember 2019 lalu. Hingga Minggu (5/4/2020) kemarin, jumlah korban meninggal secara global hingga lebih dari 64 ribu, hampir 1,2 juta kasus dan sembuh 246 ribu pasien.

Meski sudah berbulan-bulan, nyatanya masih banyak hal yang masih harus digali dari virus corona baru ini oleh para ilmuwan. Setiap hari mereka melakukan penelitian demi mencari tahu seluk beluk dari SARS-CoV-2 ini.

Dilansir The Health Site, berikut sejumlah penelitian baru yang ditemukan beberapa minggu ini.

1. Transmisi tetesan pernapasan dari Sars-CoV-2 mungkin lebih jauh dari 2 meter

Peneliti dari MIT mengungkapkan virus corona baru bisa melakukan 'perjalanan' hingga 8 meter setelah seseorang yang terinfeksi bersin atau batuk.

Mereka juga menambahkan pedoman jarak fisik oleh WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mungkin tak cukup untuk menahan penyebaran penyakit ini.

Laporan yang terbit pada Journal of American Medical Association juga mencatat pedoman jarak fisik yang digunakan oleh WHO dan CDC adalah dari model masa lampau pada 1930-an.

Pada kenyataannya, kata peneliti, tetesan dari semua ukuran dapat menempuh jarak 7 hingga 8 meter, dan membawa patogen.

Ilustrasi vaksin COVID-19. [Shutterstock]
Ilustrasi vaksin COVID-19. [Shutterstock]

2. Penggunaan vaksin TB untuk penyembuhan

Peneliti dari New Yrok Institute of Technology mengatakan, "Negara dengan kebijakan wajib untuk vaksinasi TB (bacillus Calmette-Guerin (BCG)) mencatat lebih sedikit kematian akibat virus corona baru dibanding dengan negara yang tidak mempunyai kebijakan itu."

Meskipun begitu, sejauh ini hanya kolerasi yang terlihat, para ahli dari enam negara telah memulai uji coba dengan memberikan profesional kesehatan vaksin BCG untuk memastikan apakah dapat menjadi metode pengobatan eksperimental dari Covid-19.

3. AI memprediksi siapa yang berisiko mengalami komplikasi parah

Alat eksperimental Artificial Inteligence (AI) akan membantu dokter memprediksi pasien Covid-19 yang baru terinfeksi apakah bisa mengembangkan penyakit parah atau tidak.

Alat ini didasarkan pada alogaritma pembelajaran mesin. Ini bakal mencegah sebanyak mungkin kasus ringan berkembang menjadi parah dan kritis.

Studi untuk mengembangkan alat ini dilakukan oleh para ahli di Grossman School of Medicine dan the Courant Institute of Mathematical Sciences of New York University, bersama dengan dokter dari Wenzhou Central Hospital dan Cangnan People’s Hospital di China.

Studi ini telah terbit dalam jurnal Computers, Materials & Continua.

Berita Terkait

Berita Terkini