Info

Peneliti UGM Rekomendasikan Produk Pembersih untuk Disinfektan, Apa Saja?

Disinfektan lebih efektif jika dilakukan dengan cara mengusap permukaan benda mati.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Membersihkan jendela. (Shutterstock)
Membersihkan jendela. (Shutterstock)

Himedik.com - Membersihkan dan mendisinfeksi menjadi beberapa cara dalam membunuh virus corona baru pada permukaan benda mati, terutama yang kerap disentuh banyak orang seperti pegangan pintu, permukaan meja, hingga dinding.

Peneliti dari Fakultas Farmasi UGM, Endang Lukitaningsih, merekomendasikan beberapa produk cairan disinfektan yang dapat digunakan.

"Contohnya, sodium hiproklorit, amonium kuartener (sejenis detergen kationik), alkohol 70% dan hidrogen peroksida," jelasnya dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring, Senin (6/4/2020).

Ia mengatakan masyarakat juga harus tetap memerhatikan petunjuk penggunaan yang tertera pada label agar produk dapat digunakan secara aman.

Disinfektan juga akan lebih efektif apabila digunakan dengan cara diusap langsung ke permukaan yang terkontaminasi, dibandingkan disemprot.

Disinfektan (Twitter/WHO Indonesia)
Disinfektan (Twitter/WHO Indonesia)

"Cara terbaik menggunakan disinfektan adalah langsung mengelap atau mengusap pada benda-benda yang diperkirakan rentan tertempel virus Covid-19."

"Konsentrasi disinfektan yang dipakai perlu diperhatikan. Selain itu waktu kontak antara objek dengan disinfektan antara 1 hingga 10 menit tergantung jenisnya, serta gunakan sarung tangan dan pastikan ventilasi yang baik untuk mengurangi paparan saat penggunaan."

Sementara itu, teknik semprot atau spray (fogging) dapat dilakukan di ruangan yang berisiko tinggi, misalnya di ruang rumah sakit yang terdapat PDP.

Ilustrasi penyemprotan disinfektan. (Shutterstock)
Ilustrasi penyemprotan disinfektan. (Shutterstock)

Untuk mendisinfeksi ruangan yang sulit dijangkau Endang mengatakan biasanya menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang tertentu.

Penyemprotan yang dilakukan di lingkungan terbuka seperti yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia beberapa waktu yang lalu dinilai tidak efektif, dan justru dapat merusak ekosistem, misalnya tanaman atau tanah.

Berita Terkait

Berita Terkini