Info

Mirip Serangan Jantung, Stres Kronis Bisa Sebabkan Sindrom Patah Hati

Gejala sindrom patah hati terasa seperti serangan jantung.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi sindrom patah hati (Shutterstock)
Ilustrasi sindrom patah hati (Shutterstock)

Himedik.com - Stres yang berkepajangan memiliki berbagai dampak, salah satunya pada kesehatan jantung. Meski tidak secara langsung dapat menyebabkan serangan jantung, stres kronis dapat memicu peristiwa yang terasa seperti serangan jantung yang disebut sindrom patah hati.

Dilansir dari Insider, stres kronis  dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, dan inilah salah satu faktor risiko serangan jantung.

Dalam sebuah studi Current Hypertension Report pada 2010, menyebut stres kronis bertanggung jawab dalam perkembangan hipertensi pada 70% orang.

Stres juga dapat meningkatkan detak jantung, serta memicu perliaku tidak sehat. Seperti minum alkohol atau makan berlebihan yang pada akhirnya berdampak pada jantung.

Peristiwa yang terasa seperti serangan jantung yaitu sindrom patah hati atau kardiomiopati takutsubo. Ini juga dikenal sebagai kardiomiopati akibat stres.

Seorang pria alami serangan jantung (Shutterstock)
Seorang pria alami serangan jantung (Shutterstock)

Ini terasa seperti serangan jantung, dengan gejala nyeri dada dan sesak napas. Gejala ini muncul tiba-tiba, dipicu oleh peristiwa emosional yang menegangkan seperti kematian mendadak orang yang dicintai.

"Orang-orang mengira mereka mengalami serangan jantung," tutur ahli jantung di Dartmouth Hitchcock Medical Center, Lauren Gilstrap.

Perbedaan yang mendasari sindrom patah hati dengan serangan jantung adalah tidak adanya penyumbatan di arteri jantung.

"Kardiomiopati Takotsubo adalah fenomena yang secara fundamental berbeda dari serangan jantung. Arteri benar-benar baik-baik saja dan suplai darah benar-benar normal, tetapi tiba-tiba, jantung tidak berdetak," jelasnya.

Saat kondisi ini terjasi, jantung mungkin tidak memompa secara efisien selama dua hingga empat minggu, tetapi kebanyakan pasien akan kembali ke fungsi jantung normal dalam waktu dua bulan.

Kendati demikian, mengurangi dan mengelola stres melalui olahraga dan menjaga gaya hidup adalah bagian penting dari kesehatan secara keseluruhan, terutama meningkatkan kesehatan jantung.

Berita Terkait

Berita Terkini