Info

Mimpi Buruk selama Wabah Virus Corona Covid-19, Normalkah Menurut Ahli?

Beberapa orang mungkin merasa lebih sering mimpi buruk selama wabah virus corona Covid-19, sehingga takut itu merupakan tanda masalah kesehatan mental.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi tidur - (Pixabay/StockSnap)
Ilustrasi tidur - (Pixabay/StockSnap)

Himedik.com - Banyak orang merasa cemas dan ketakutan akibat wabah virus corona Covid-19. Akibatnya, wabah ini tidak hanya memengaruhi aktivitas fisik, tetapi juga kesehatan mental hingga gangguan tidur pada seseorang.

Salah satu bentuk gangguan tidur yang dialami sejumlah orang mungkin berupa mimpi buruk di malam hari. Hal ini bisa terjadi akibat stres dan kecemasan akibat wabah virus corona Covid-19.

Beberapa orang yang merasakan kecemasan dan stres pun mengalami mimpi buruk terkait virus corona Covid-19, sehingga kondisi ini memunculkan tagar #PandemicDreams.

Para ahli pun menyarankan orang-orang untuk mencari sesuatu yang mengalihkan pikirannya dari wabah virus corona Covid-19. Sebab, cara ini bisa membantu mereka mengatasi mimpi buruknya.

Di sisi lain, para ahli juga mengingatkan bahwa mimpi buruk adalah hal normal yang dialami oleh setiap manusia semasa hidup.

"Mimpi buruk ketika tidur malam adalah hal yang sangat normal dialami semua orang selama hidup, terutama masa kanak-kanak," kata Dr Jeffrey Durmer, seorang pemimpin dalam perawatan kesehatan tidur dan kepala petugas medis Nox Health, dikutip dari Fox News.

Ilustrasi virus corona Covid-19. [Shutterstock]
Ilustrasi virus corona Covid-19. [Shutterstock]

Menurut Jeffrey, salah satu penyebab anak-anak lebih sering mengalami parasomnia seperti mimpi buruk, karena itu juga berfungsi untuk mengembangkan saraf.

"Penggabungan fakta dan ketakutan yang dipelajari, seperti ular, laba-laba, dan ketinggian ke dalam memori anak yang sedang berkembang tergantung pada pengalaman mereka di siang hari," jelasnya.

Jeffrey mengatakan, mengekspresikan ingatan adalah bagian normal dari perkembangan otak dan pengalaman selama masa kanak-kanak. Misalnya, wabah corona Covid-19 sekarang ini bisa mendorong sistem memori terkait tidur diaktifkan.

Mimpi buruk bukan hanya tanda post-traumatic stress disorder (PTSD), tetapi juga berfungsi dalam pembentukan memori dan proses belajar.

Seseorang perlu mengkhawatirkan mimpi buruknya bila mulai mengganggu tidur secara konsisten, artinya terjadi dua kali atau lebih setiap minggunya.

Pada kasus ini, mimpi buruk selama pandemi virus corona Covid-19 belum diketahui penyebabnya dan tidak bisa dihindari. Jeffrey mengatakan, mimpi buruk ini mestinya tidak terjadi lagi setelah resolusi pandemi.

Namun, mimpi buruk yang berkelanjutan hingga wabah virus corona Covid-19 selesai bisa jadi suatu bentuk PTSD. Dalam kondisi ini, seseorang sangat membutuhkan bantuan profesional medis.

"Mimpi buruk atau parasomnia yang berkelanjutan bisa menjadi tanda PTSD, yang harus ditangani oleh profesional medis dan kesehatan mental," jelasnya.

Apalagi banyak orang mungkin sering mengonsumsi alkohol selama masa mengisolasi diri di dalam rumah. Kebiasaan ini bisa memicu parasomnia tidur REM dan non-REM yang mengakibatkan mimpi buruk.

Berita Terkait

Berita Terkini