Info

Pakar Menyarankan untuk Konsumsi Vitamin D selama Pandemi, Mengapa?

Pakar menyebut kemungkinan orang tidak mendapat vitamin D cukup selama di rumah.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi ikan sumber vitamin D (Pixabay/Squirrel_photos)
Ilustrasi ikan sumber vitamin D (Pixabay/Squirrel_photos)

Himedik.com - Selama himbauan di rumah aja, banyak orang yang menghabiskan sedikit waktu di luar rumah. Inilah mengapa pakar menyarankan untuk mengonsumsi vitamin D demi melindungi kesehatan tubuh.

Kepala ahli gizi di Public Health England, Alison Tedstone, mengatakan orang mungkin tidak mendapatkan semua vitamin D yang dibutuhkan selama masa isolasi di rumah.

"Untuk melindungi kesehatan tulang dan otot, mereka harus mempertimbangkan untuk mengonsumsi suplemen harian yang mengandung 10 mikrogram vitamin D," kata Tedstone, dikutip CNN Internasional.

Menurutnya, selama masa pandemi ini banyak orang yang tidak mendapatkan vitamin D secara cukup dari sinar matahari.

Vitamin D dibuat di kulit dengan bantuan sinar matahari. SUmber vitamin D alami yang baik termasuk ikan berminyak seperti salmon, sarden, herring dan mackerel, daging merah, hati, kuning telur dan sereal yang dikonsumsi saat sarapan.

Pakar Menyarankan untuk Konsumsi Vitamin D selama Pandemi, Mengapa? - 1
Ilustrasi vitamin D (Shutterstock)

Meski begitu, Tedstone menekankan bahwa vitamin D tidak akan mengurangi risiko seseorang terinfeksi Covid-19. Studi pun belum ada yang mendukung mitos tersebut.

Vitamin D membantu mengatur jumlah kalsium dan fosfat dalam tubuh, menjaga kesehatan tulang, gigi dan otot.

Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan kelainan bentuk tulang seperti rakhitis pada anak-anak, dan nyeri tulang yang disebabkan oleh osteomalacia pada orang dewasa.

Ilustrasi vitamin D. (Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi vitamin D. (Sumber: Shutterstock)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen vitamin D dapat membantu melindungi terhadap infeksi saluran pernapasan akut.

Michael Holick, seorang ahli penelitian vitamin D dari Universitas Boston yang telah menerbitkan lebih dari 500 makalah dan 18 buku tentang masalah ini, mengatakan vitamin mengatur produksi protein yang 'secara selektif membunuh agen infeksi, termasuk bakteri, bakteri, dan virus'.

Vitamin D juga mengubah aktivitas dan jumlah sel darah putih, dikenal sebagai limfosit pembunuh T2, yang dapat mengurangi penyebaran bakteri dan virus, tambah Holick.

Berita Terkait

Berita Terkini