Info

WHO: Belum Ada Bukti Pasien yang Sembuh dari Covid-19 akan Menjadi Kebal

WHO memperingatkan semua orang dapat terinfeksi kembali.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi rapid test corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi rapid test corona Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan orang yang pernah terinfeksi virus corona Covid-19 belum tentu kebal dengan adanya antibodi dari infeksi sebelumnya, sehingga masih ada kemungkinan orang tersebut terinfeksi kembali.

"Belum ada bukti bahwa orang yang pernah menderita Covid-19 tidak akan mendapatkan infeksi kedua," kata WHO dalam laporan ilmiah yang dipublikasikan Jumat (24/4/2020).

Hal ini memperingatkan pemerintah yang sedang menimbang mengeluarkan 'paspor imunitas' kepada orang-orang yang memiliki Covid-19, dengan asumsi mereka aman untuk menjalankan kehidupan normal.

"Pada titik pandemi ini, tidak ada cukup bukti tentang efektivitas kekebalan yang dimediasi antibodi untuk menjamin akurasi 'paspor imunitas' atau 'sertifikat bebas risiko'," tutur WHO, dikutip CNN Internasional.

Maria Van Kerkhove dari WHO sebelumnya mengatakan tidak diketahui apakah orang yang telah terpapar virus menjadi benar-benar kebal. Laporan singkat WHO yang baru menggarisbawahi pernyataan itu, dan cocok dengan pernyataan ilmiah lainnya tentang gagasan mengembangkan kekebalan.

COVID-19 (kuning) di antara sel-sel manusia (biru, merah muda dan ungu), credit: NIAID-RML
COVID-19 (kuning) di antara sel-sel manusia (biru, merah muda dan ungu), credit: NIAID-RML

Selama briefing pada Jumat kemarin, Infectious Diseases Society of America (IDSA) memperingatkan bahwa tidak cukup bukti tentang tes antibodi akan membangun kekebalan.

"Kami tidak tahu apakah pasien yang memiliki antibodi ini masih berisiko terinfeksi ulang dengan Covid-19. Untuk saat ini, aku pikir kita harus berasumsi bahwa mereka bisa berisiko terinfeksi ulang," kata Mary Hayden, juru bicara IDSA dan kepala Divisi Penyakit Menular di Rush University Medical Center.

"Kami tidak tahu bahkan jika antibodi itu protektif, tingkat perlindungan apa yang mereka berikan, sehingga bisa lengkap, bisa parsial, atau berapa antibodi itu bertahan," kata Hayden.

Virus corona (COVID-19) muncul dari permukaan sel manusia, credit: NIAID-RML
Virus corona (COVID-19) muncul dari permukaan sel manusia, credit: NIAID-RML

Ia menambahkan, tanggapan antibodi akan semakin berkurang seiring waktu.

Oleh karenanya, pemerintah dianjurkan mengatakan kepada masyarakatnya untuk tidak mengubah perilaku mereka dengan terus menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, dan imbauan umum lainnya.

Hayden khawatir jika masyarakat telah salah menafsirkan masalah antibodi ini, dan jadi menempatkan diri mereka pada risiko yang tidak perlu.

Berita Terkait

Berita Terkini