Info

Tingkat Positif Palsu Tinggi, Tes Antibodi Dinilai Tidak Akurat

Hal ini berdampak besar pada orang yang terdiagnosis palsu.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi rapid test corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi rapid test corona Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Tes antibodi untuk mengidentifikasi Covid-19 pada seseorang, dinilai memiliki tingkat palsu tinggi dalam skrining yang dilakukan oleh konsorsium laboratorium California, menurut laporan baru-baru ini.

Hasil positif palsu berarti seseorang diberi tahu bahwa mereka pernah terinfeksi virus yang sebenarnya tidak. Ini berpotensi bahaya karena orang kemudian berpikir bahwa mereka kebal terhadap virus ketika mereka sebenarnya masih rentan.

Dari 12 tes antibodi yang dipelajari oleh Covid-19 Testing Project, salah satu tes memberikan hasil positif palsu lebih dari 15%, atau sekitar satu dari tujuh sampel. Tiga tes lain memberikan hasil positif lebih dari 10%.

"Itu mengerikan. Itu benar-benar mengerikan," kata Dr Daryn Bern, salah satu peneliti.

Bern mengatakan semua tes memang tidak akan 100% akurat, tetapi tingkat positif palsu dari sebuah tes seharusnya 5% atau lebih rendah, atau idealnya 2% atau lebih rendah.

Ilustrasi tes darah. (Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi tes darah. (Sumber: Shutterstock)

"Ini benar-benar peringatan bagi saya. Kita tidak berada pada titik di mana tes ini dapat digunakan secara andal," ujar peneliti lainnya, Dr. Alexander Marson.

Menurut Marson, ada bahaya besar dalam mengandalkan tes antibodi.

"Tapi kami berharap segera sampai di titik di mana kita bisa mengandalkan tes ini," sambungnya, dikutip CNN Internasional.

Menurut Marson, tes positif palsu dapat mengaburkan gambar mereka tentang siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang belum.

"Kita perlu kejelasan tentang informasi dasar ini untuk mulai membimbing ke jalan keluar pandemi," sambungnya.

Covid-19 Testing Project merupakan konsorium para peneliti dan dokter di University of California San Francisco, Univeristy of California Barkeley, Chan Zuckerberg Biohub, dan Innovative Genomics Institute.

Bern mengatakan salah satu alasan tingginya angka positif palsu adalah persyaratan yang longgar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).

Ilustrasi tes darah untuk mengetahui pasien terinfeksi virus corona (coronavirus) atau tidak. (Shutterstock)
Ilustrasi tes darah untuk mengetahui pasien terinfeksi virus corona (coronavirus) atau tidak. (Shutterstock)

Pada Maret, ketika wabah virus corona menyebar di luar kendali, FDA melonggarkan standar persetujuannya untuk mendapatkan lebih banyak tes antibodi di masyarakat dengan cepat.

Badan itu mengizinkan perusahaan untuk menjual tes tanpa terlebih dahulu memberikan bahkti bahwa tes efektif.

Setelah sebuah asosiasi lab besar mengelukan masalah ini, Komisaris FDA Dr. Stephen Hahn mengeluarkan pernyataan pada 18 April yang mengatakan pihaknya, berkerja sama dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), dan Institut Keseatan Nasional, akan mengevaluasi tes antibodi.

Namun, saat ditanya kepada juru bicara FDA tentang kemajuan dari evaluasi tersebut, ia menjawab bahwa tidak banyak yang dapat dibagikan secara publik untuk saat ini.

Berita Terkait

Berita Terkini