Info

Vaksin Covid-19 Diprediksi Selesai dalam 18 Bulan, Apakah Realistis?

Banyak pakar memprediksi vaksin Covid-19 selesai dalam setahun hingga 18 bulan.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi vaksin, laboratorium, peneliti. (Pixabay)
Ilustrasi vaksin, laboratorium, peneliti. (Pixabay)

Himedik.com - Anthony Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease AS, mengatakan perlu waktu sekitar 18 bulan untuk mengembangkan vaksin Covid-19. Co-founder Microsoft, Bill Gates, yang juga menjadi pemasok dana terbesar dalam produksi vaksin pun setuju dengan prediksi ini.

Bill Gates juga mengatakan pengembangan hingga siap distribusi vaksin virus corona baru bisa memakan waktu setahun hingga 18 bulan.

Tetapi, apakah mengembangkan vaksin baru dalam kurun waktu begitu cepat itu realistis?

"Ya, ingatlah bahwa rata-rata lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan vaksin adalah sekitar 20 tahun. Itu tipikal," kata Paul Offit, direktur Pusat Pendidikan Vaksin dan profesor pediatri di Children's Hospital of Philadelphia, dikutip Medscape.

Menurut Offit, mengembangkan vaksin dalam kurun waktu 12 hingga 18 bulan harus melewati beberapa langkah besar.

Vaksin Covid-19 diperkirakan tersedia pada September 2020. Foto: Seorang petugas medis sedang menyuntikkan vaksin flu ke warga Asuncion, Paraguay, pada 15 April kemarin. [AFP/Norberto Duarte]
Vaksin Covid-19 diperkirakan tersedia pada September 2020. Foto: Seorang petugas medis sedang menyuntikkan vaksin flu ke warga Asuncion, Paraguay, pada 15 April kemarin. [AFP/Norberto Duarte]

"Biasanya, apa yang akan Anda lakukan adalah pembuktian konsep. Anda akan memiliki model hewan yang akan sakit ketika diinokulasi dengan Covid-19. Maka Anda akan mencoba satu atau strategi lain dan melihat mana yang berhasil."

"Kemudian Anda akan melakukan uji coba mulai-dosis, mencoba untuk melihat dosis apa yang dapat Anda berikan untuk menginduksi respon imun pada hewan, untuk menghubungkannya dengan perlindungan."

"Lalu, Anda akan melakukan uji coba yang lebih besar dan elbih besar, dengan biasanya ratusan atau ribuan orang, penelitian denga rentang dosis besar. Kemudian Anda melakukan uji coba fase 3, uji coba lisensi definitif FDA, yang biasanya merupakan uji coba terkontrol plasebo prospektif."

Offit mengatakan, apabila vaksin Covid-19 terbuat dalam kurun waktu setahun hingga 18 bulan, ada beberapa langkah yang kemungkinan besar dilewati, seperti model vaksin Ebola.

Vaksin Ebola dirilis ke Afrika Barat tanpa lisensi dari BPOM AS (Food and Drug Administration atau FDA). Tetapi vaksin ini tetap efektif.

"Jadi, ketika Anda memberikannya pada puluhan ribu orang, Anda bisa melihat seberapa efektif itu. Anda bisa melihat betapa amannya itu. Dan kemudian (baru) Anda mendapat lisensi. Begitulah cara kerjanya."

Seorang apoteker memberikan suntikan kepada Jennifer Haller, dalam studi tahap pertama dari vaksin coronavirus pada 16 Maret 2020, di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute di Seattle. (Foto: Ted S. Warren / AP / via npr.org)
Seorang apoteker memberikan suntikan kepada Jennifer Haller, dalam studi tahap pertama dari vaksin coronavirus pada 16 Maret 2020, di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute di Seattle. (Foto: Ted S. Warren / AP / via npr.org)

Namun, Offit mengatakan semua ini tergantung pada apa yang ingin diterima masing-masing orang.

"Jika Anda masih panik karena virus membunuh 1.000 atau 2.000 orang setiap hari, maka Anda bersedia menerima beberapa tingkat risiko. Dan itu semua risiko versus manfaat dalam pengobatan, bukan?"

Di sisi lain, dalam menerima vaksin seperti ini orang juga harus mengelola harapan mereka dalam seberapa baik vaksin akan bekerja.

"Ini adalah virus corona baru, jadi itu menjadi seperti virus corona lain di mana perlindungan, bahkan setelah terinfeksi, biasanya hanya akan bertahan selama beberapa tahun. Dan vaksin tidak akan melindungi Anda dari infeksi ulang tanpa gejala atau infeksi ringan dengan gejala ringan."

Itulah sebabnya Offit menganjurkan untuk tidak memberikan vaksin seperti ini kepada anak-anak sebelum produsen sangat yakin bahwa vaksin aman dan efektif.

"Jadi, lebih baik Anda memastikan bahwa produk yang dimiliki aman sebelum memasukkannya ke tubuh anak-anak," tandasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini