Info

Diklaim jadi Obat Covid-19, Tonik Herbal Ini Justru Bikin Malaria Kebal!

Produk yang diklaim dapat sembuhkan Covid-19 ini adalah Covid-Organics.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Covid-organics (Twitter/Andry Rajoelina)
Covid-organics (Twitter/Andry Rajoelina)

Himedik.com - Madagaskar mengembangkan sebuah obat herbal yang diklaim dapat menyembuhkan Covid-19. Tetapi, ilmuwan memperingatkan bahwa obat ini dapat memicu malaria yang resistan terhadap obat.

Obat herbal dengan merek Covid-Organics tersebut dikembangkan oleh Malagasy Institute of Applied Research (IMRA). Bahan utamanya adalah apsintus manis (Artemisia annua), tanaman asal Asia yang umumnya digunakan untuk demam dan antimalaria artemisinin.

Saat peluncuran tonik ini, Presiden Malagasi Andry Rajoelina mengklaim obat ini telah melewati pengawasan ilmiah dan telah menyembuhkan dua pasien Covid-19.

Tetapi tidak jelas bagaimana proses pembuatannya, dan IMRA belum melaporkan data tentang kemanjuran maupun efek sampingnya.

"Ini adalah obat yang bukti ilmiahnya belum ditetapkan, dan yang berisiko merusak kesehatan masyarakat. khususnya anak-anak," kata National Academy of Medicine of Madagaskar, dikutip dari Science Magazine.

Obat herbal untuk Covid-19 (Twitter/Andry Rajoelina)
Obat herbal untuk Covid-19 (Twitter/Andry Rajoelina)

Meski ada peringatan ini, para pemimpin di Afrika tetap ingin mendapatkan produknya.

"Kami akan mengirim pesawat untuk membawa obat-obatan sehingga warga Tanzania juga bisa mendapat manfaat," kata Presiden Tanzania John Magufuli, pada awal pekan ini.

Presiden Republik Kongo Denis Sassou Nguesso juga berencana 'mengadopsi' tonik ini juga.

Hal ini telah memicu kekhawatiran bahwa ramuan dapat mendorong resistensi terhadap obat malaria.

Kevin Marsh dari University of Oxford mengatakan 'banjirnya' pengobatan Covid-19 berbasis artemisia akan menghasilkan penggunaan monoterapi besar-besaran.

Obat herbal untuk Covid-19 (Twitter/Andry Rajoelina)
Obat herbal untuk Covid-19 (Twitter/Andry Rajoelina)

"Ini masalah besar," kata Marsh.

Uni Afrika telah meminta pemerintah Malagasi untuk menghasilkan bukti ilmiah untuk mendukung pengobatannya, dan mengatakan akan bekerja dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC) untuk menilai keamanan dan kemanjurannya setelah memiliki data tersebut.

Tetapi bahkan jika ekstrak, atau artemisinin saja, terbukti efektif dalam mengobati Covid-19, penggunaannya akan menimbulkan masalah etika yang besar.

"Kita akan memiliki masalah besar tentang bagaimana menggunakannya pada Covid-19 tanpa mengorbankannya sebagai pengobatan antimalaria," tandas Marsh.

Berita Terkait

Berita Terkini