Info

Studi: DNA Manusia Purba pada Manusia Modern Tidak Pengaruhi Apapun

Studi terdahulu mengatakan DNA manusia purba (Neanderthal) memengaruhi penampilan fisik manusia modern.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi DNA - (Shutterstock)
Ilustrasi DNA - (Shutterstock)

Himedik.com - Penampilan fisik seperti frekcles pada wajah, rambut merah hingga kondisi narkolepsi yang dianggap berasal dari gen Neanderthal atau manusia prasejarah, ternyata tidak lagi terbukti.

Sebuah penelitian terhadap puluhan ribu penduduk Islandia menemukan warisan DNA Neanderthal hanya berdampak kecil atau tidak berefek sama sekali pada sebagian besar sifat fisik atau risiko penyakit seseorang.

Berdasarkan teori sebelumnya, peneliti di University of Montreal, Kanada, menemukan bukti bahwa manusia modern membawa fragmen DNA manusia purba. Mereka mengembangkan teori bahwa Homo Neanderthal yang telah punah berhubungan seks dengan manusia modern atau Homo Sapiens.

 Dilansir Science Magazine, ahli paleogenetik menyadari sekitar 10 tahun yang lalu, sebagian besar orang Eropa dan Asia mewarisi 1% hingga 2% genom dari Neanderthal.

Lalu, orang Melanesia dan Aborigin Australia mendapat sekitar 3% hingga 6% DNA mereka dari Denisovan, sepupu Neanderthal yang menetap di Asia sekitar 50.000 hingga 200.000 tahun lalu.

Studi sebelumnya mengatakan varian gen dari manusia purba ini dapat meningkatkan risiko depresi, pembekuan darah, diabetes, dan gangguan lain pada manusia modern.

DNA manusia purba juga dapat mengubah bentuk tengkorak, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan memengaruhi warna mata, rambut, dan kepekaan terhadap matahari, menurut pemindaian data genomik dan kesehatan dalam biobank serta basis data medis.

Namun, studi baru yang mencari DNA kuno tersebut pada orang-orang Islandia, membantah banyak klaim studi terdahulu itu.

Peneliti dari Aarhus University di Denmark memindai genom lengkap dari 27.566 responden Islandia dalam sebuah database di deCODE Genetics di Islandia, mencari varian gen kuno yang tidak biasa.

Mereka menemukan, salah satunya, bahwa orang Islandia mewarisi 3,3% dari DNA Denisovan dan 12,2% dari sumber yang tidak diketahui. Kemungkinan sekitar 84,5% berasal dari kerabat dekat referensi Neanderthal.

Neanderthal. (Shutterstock)
Neanderthal. (Shutterstock)

Selanjutnya, para peneliti menghitung hubungan DNA Neanderthal dan Denisovan dengan 271 sifat. Tidak seperti kebanyakan studi sebelumnya, tim memeriksa seluruh genom yang memungkinkan mereka untuk mengevaluasi apakah gen manusia modern juga mempengaruhi sifat-sifat tertentu.

Namun, mereka menemukan sebagian besar sifat lebih baik dijelaskan oleh hubungan dengan varian gen modern.

Ternyata, tulis peneliti dalam jurnal Nature, hanya lima sifat secara khusus dipengaruhi oleh DNA purba.

Berlawanan dengan penelitian sebelumnya, peneliti tidak menemukan hubungan signifikan antara DNA manusia purba dengan bintik wajah, warna rambut, warna mata, atau penyakit autoimun.

Mereka menyimpulkan, DNA Neanderthal pada manusia modern hanya berefek kecil pada sifat kompleks seperti tinggi atau depresi, di mana banyak gen berinteraksi.

Ahli genetika populasi Joshua Akey dari Universitas Princeton mengatakan bahwa penemuan DNA Denisovan di Islandia ini 'menarik'.

Meski begitu, dia menambahkan bahwa dampak relatif kecil dari DNA Neanderthal pada sebagian besar sifat tidak mengherankan, mengingat bahwa genom kita sebagian besar adalah DNA modern.

"Kita harus menelan kenyataan bahwa DNA Neanderthal tidak membuat banyak perbedaan seperti yang diklaim penelitian sebelumnya," jelas ahli genetika Kari Stefansson, CEO deCODE dan penulis utama studi ini.

Stefansson melanjutkan bahwa timnya berencana melakukan penelitian lebih lanjut untuk menyelesaikan kasus ini.

Berita Terkait

Berita Terkini