Himedik.com - Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Universitas Northwestern mengklaim bahwa ada korelasi kuat antara vitamin D dengan tingkat kematian akibat virus corona penyebab Covid-19.
Dilansir dari New York Post, para peneliti menganalisis data dari rumah sakit dan klinik di seluruh China, Prancis, Jerman, Italia, Iran, Korea Selatan, Spanyol, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat.
Baca Juga
Diklaim jadi Obat Covid-19, Tonik Herbal Ini Justru Bikin Malaria Kebal!
Kenapa Orang Positif Corona Covid-19 Tak Alami Gejala? Ini Penyebabnya!
Pertama Kali, Virus Corona Covid-19 Tembus Plasenta dan Picu Preeklamsia!
Peneliti Temukan Obat Pengencer Darah Bisa Obati Pasien Corona Covid-19
WHO Luncurkan Empat Kiat Meredakan Stres, Praktis Dilakukan!
Perawatan ICU Pasien Covid-19 Disebut Bisa Picu Delirium
Pasien dari negara-negara dengan tingkat kematian Covid-19 yang tinggi, seperti Italia, Spanyol dan Inggris, memiliki tingkat vitamin D yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien di negara-negara yang tidak terpengaruh begitu parah.
Para peneliti juga menemukan korelasi kuat antara kadar vitamin D dan badai sitokin yang merupakan kondisi hiperinflamasi. Kondisi tersebut disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.
"Badai sitokin dapat sangat merusak paru-paru, menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut dan kematian pada pasien," kata Ali Daneshkhah dari McCormick School of Engineering Northwestern.
“Inilah (kekurangan vitamin D) yang tampaknya membunuh sebagian besar pasien Covid-19, bukan penghancuran paru-paru oleh virus itu sendiri. Ini adalah komplikasi yang salah sasaran dari sistem kekebalan tubuh,” tambahnya.
Namun, para ilmuwan juga memperingatkan agar tidak menimbun suplemen vitamin D saat pandemi.
"Meskipun saya pikir penting bagi orang untuk mengetahui bahwa kekurangan vitamin D mungkin berperan dalam kematian, kita tidak perlu memborong vitamin D," kata Vadim Backman dari Universitas Northwestern.
“Temuan ini perlu studi lebih lanjut, dan saya berharap pekerjaan kami akan merangsang minat di bidang ini. Data juga dapat menerangi mekanisme kematian, yang jika terbukti, dapat mengarah pada target terapi baru," tambahnya.
Para ilmuwan mengatakan mereka perlu melakukan lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana vitamin D dapat digunakan untuk melindungi tubuh dari komplikasi Covid-19.