Info

PBB Peringatkan Pandemi Bisa Picu Krisis Kesehatan Mental Global

Para ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan tentang kemungkinan munculnya krisis kesehatan mental global akibat pandemi Covid-19.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi stres - (Pixabay/geralt)
Ilustrasi stres - (Pixabay/geralt)

Himedik.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)  memperingatkan tentang kemungkinan munculnya krisis kesehatan mental global akibat pandemi Covid-19.

Prediksi tersebut muncul karena banyaknya orang yang berada di bawah tekanan psikologis selama pandemi.

"Tekanan psikologis dalam masyarakat tersebar luas, kenaikan jangka panjang dalam jumlah dan tingkat keparahan masalah kesehatan mental mungkin terjadi," kata pihak PBB dalam sebuah siaran singkat pada Rabu (13/5/2020) seperti yang dilansir dari South China Morning Post (SCMP).

PBB menyatakan, bahwa pandemi telah menimbulkan benih-benih krisis kesehatan mental yang besar. Banyak orang merasa tertekan oleh isolasi fisik yang disebabkan oleh jarak sosial, ketakutan akan infeksi, ketakutan akan meninggal atau kehilangan orang yang dicintai.

Hampir 300.000 orang telah meninggal dan lebih dari 4,3 juta telah terinfeksi di seluruh dunia sejak virus corona pertama kali dilaporkan di China akhir tahun 2019.

Kecemasan tentang gejolak ekonomi serta potensi hilangnya pendapatan dan mata pencaharian juga memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.

Dilansir SCMP, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyerukan tindakan untuk segera mengatasi krisis mental yang membayangi.

"Mereka yang paling berisiko adalah petugas kesehatan garis depan, orang tua, remaja dan orang muda, mereka yang memiliki kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya serta mereka yang terjebak dalam konflik dan krisis," kata Guterres dalam pesan video.

"Kita harus membantu mereka dan berdiri di samping mereka," tambahnya.

Ilustrasi kesehatan mental. (Unsplash/Priscilla Du Preez)
Ilustrasi kesehatan mental. (Unsplash/Priscilla Du Preez)

Devora Kestel, kepala departemen kesehatan mental dan penyalahgunaan zat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan pekerja perawatan kesehatan sangat berisiko.

"Ada beberapa survei yang dilakukan di Kanada di mana 47 persen petugas layanan kesehatan melaporkan perlunya dukungan psikologis, jadi hampir setengahnya," kata Kestel.

“Di China, kami memiliki angka berbeda untuk depresi ada 50 persen, kecemasan 45 persen, insomnia 34 persen," tambahnya.

Studi China yan diterbitkan dalam General Psychiatry pada bulan Maret, meneliti sekitar 52.730 orang dari 36 provinsi.

Dari 35 persen responden yang tertekan, yang paling parah adalah orang dewasa muda yang memperoleh terlalu banyak informasi tentang wabah dari media sosial, orang lanjut usia yang lebih rentan terhadap penyakit, dan pekerja migran.

Sementara itu, para peneliti Australia dan Inggris mengemukakan bahwa pandemi ini dapat memicu penyakit mental yang lebih parah, dengan sejumlah kecil berpotensi berisiko terserang psikosis.

Berita Terkait

Berita Terkini