Info

Ekstrak Ganja Diduga Bisa Bunuh Virus Corona Covid-19, Ini Kata Peneliti!

Peneliti sedang menguji ekstrak ganja yang diduga bisa membunuh virus corona Covid-19.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Tanaman ganja - (Pixabay/rexmedlen)
Tanaman ganja - (Pixabay/rexmedlen)

Himedik.com - Para ilmuwan di seluruh dunia masih berusaha membuat dan menguji berbagai jenis vaksin yang tepat untuk pengobatan virus corona Covid-19.

Dalam hal ini, strain ganja disebut bisa membantu melawan virus corona Covid-19. Para ilmuwan di Universitas Lethbridge, Kanada pun telah mempelajari lebih dari 400 jenis ganja.

Mereka pun mengklaim setidaknya selusin ekstrak ganja bisa berpotensi sebagai pengobatan virus corona Covid-19.

Mereka juga mengklaim beberapa jenis strain ganja bisa mengurangi reseptor virus dan kemungkinan terinfeksi penyakit lain.

"Sejumlah strain ganja bisa mengurangi jumlah reseptor virus hingga 73 persen, maka peluang masuknya juga jauh lebih rendah," kata Dr Igor Kovalchuk dikutip dari Daily Star.

Igor mengatakan bila strain ganja bisa mengurangi jumlah reseptor virus, maka ada kemungkinan jauh lebih kecil seseorang terinfeksi penyakit.

Ilustrasi tanaman ganja [shutterstock]
Ilustrasi tanaman ganja [shutterstock]

Namun, Igor menambahkan kalau penggunaan strain ganja untuk membunuh bug virus masih perlu penelitian dan pertimbangan lebih panjang.

"Butuh waktu lama untuk menemukan apa bahan aktifnya, mungkin ada banyak jenis bahan aktif. Kami lebih fokus pada CBD yang lebih tinggi karena orang bisa mengambil dosis yang lebih tinggi," jelas Igor.

Igor menambahkan sejauh ini ekstrak dari CBD C paling tinggi yang paling sukses. Tapi, ia masih menunggu penyelidikan lebih lanjut sampai menemukan tambahan yang aman untuk pengobatan.

"Mengingat situasi epidemiologi ini sangat mengerikan dan berkembang pesat. Jadi setiap peluang dan pilihan pengobatan perlu dipertimbangkan," jelasnya.

Igor pun melibatkan seorang dokter yang bersedia bekerja dalam penelitiannya menguji strain ganja untuk obat virus corona Covid-19.

"Penelitian kami bisa berpengaruh besar, tidak banyak obat yang berpotensi mengurangi infeksi virus mencapai 70 hingga 80 persen," jelasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini