Info

Penjelasan Introvert dan Ekstrovert secara Ilmiah, Anda yang Mana?

Tidak hanya dari segi psikologis, segi ilmiah juga dapat menjelaskan kepribadian ekstrovert dan introvert.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi orang ekstrovert (pixabay)
Ilustrasi orang ekstrovert (pixabay)

Himedik.com - Dua tipe kepribadian introvert dan ekstrovert seakan sudah dikenal masyarakat luas. Perbedaan utama keduanya adalah pada bagaimana cara mereka mengisi energi.

Sementara seorang ekstrovert akan bersemangat saat bersama banyak orang, si introvert justru merasa energinya terkuras, itulah sebabnya mereka akan cepat merasa lelah. Intovert membutuhkan waktu sendiri untuk mengisi energinya.

Kedua istilah ini pertama kali diciptakan oleh psikolog Carl Jung pada awal 1900-an, tetapi psikolog Hans Eysenck yang lebih jauh menguraikannya pada 1950-an hingga 60-an.

Dilansir Science Alert, pada dasarnya, Eysenck menggambarkan ekstrovert dan introvert dengan garis dasar gairah mereka. Introvert membutuhkan lebih sedikit rangsangan untuk menjadi puas, sedangkan ekstrovert membutuhkan sedikit lebih banyak kegembiraan.

Misalnya, seorang introvert mungkin akan puas hanya dengan bersepeda santai, sedangkan ekstrovert lebih ingin pergi berjalan untuk mendapatkan kesenangan.

Ilustrasi introvert dan ekstrover. (Shutterstock)
Ilustrasi introvert dan extrovert (Shutterstock)

Tim dari AsapSCIENCE mengungkap ternyata ada cukup banyak penelitian yang menunjukkan memang ada kesenjangan dari cara berpikir dan merasa antara introvert dan ekstrovert.

Penelitian telah menemukan korteks prefrontal yang lebih tebal pada introvert dibandingkan dengan ekstrovert, yang berhubungan dengan pemikiran dan perencanaan yang lebih dalam. Ini menunjukkan bahwa introvert kurang impulsif daripada ekstrovert.

Itu bisa menjadi hal yang baik, tetapi juga bisa membuat orang introvert lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi.

Studi neurologis juga menunjukkan extrovert merespon lebih kuat terhadap hadiah daripada introvert. Misalnya, hormon dopamin yang diaktifkan lebih kuat ketika ekstrovert memenangkan kompetisi, dibandingkan introvert.

Ekstrovert juga memiliki lebih banyak aktivasi dopamin ketika mereka terhubung dengan manusia lain. Dengan kata lain, introvert tidak memerlukan interaksi sosial sebanyak ekstrovert untuk merasa lebih baik.

Lalu, apakah salah satu dari dua kepribadian ini ada yang lebih baik?

Dari sudut pandang evolusi, baik introvert maupun ekstrovert akan memiliki keunggulan kompetitif di masa pemburu-pengumpul. Introvert yang kurang impulsif lebih mungkin untuk bertahan hidup dan ekstrovert, yang lebih mungkin menemukan sumber makanan atau air baru.

Meski demikian, penelitian menunjukkan mungkin ada pemenang yang jelas ketika mengaitkan ke kesuksesan sosial. Bukan introvert atau ekstrovert, melainkan tipe baru kelompok kepribadian yang disebut ambivert, yaitu orang-orang yang berada tepat di tengah spektrum.

Berita Terkait

Berita Terkini