Info

Risiko Kematian Pasien Virus Corona Bisa Dipicu Stres, Ini Sebabnya!

Stres disebut bisa meningkatkan risiko kematian seseorang dengan virus corona Covid-19.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi stres (Pixabay/Davidqr)
Ilustrasi stres (Pixabay/Davidqr)

Himedik.com - Risiko kematian pasien virus corona Covid-19 bisa dipicu oleh beberapa faktor. Selain penyakit kronis, pikiran yang stres juga bisa memengaruhi kondisi mereka.

Sebuah studi baru menemukan orang dengan tingkat stres tinggi, lebih berisiko meninggal dunia akibat virus corona Covid-19.

Menurut penelitian, pasien virus corona Covid-9 dengan kadar hormon stres kortisol yang sangat tinggi dalam darahnya cenderung lebih cepat memburuk kondisinya dan meninggal dunia.

Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan Imperial College London, yang pertama menunjukkan bahwa kadar kortisol adalah penanda tingkat keparahan penyakit seseorang.

Para peneliti mengatakan tingkat keparahan penyakit itu sangat tinggi, berkisar antara 3 kali lipat setelah operasi besar.

Tetapi, temuan ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang lebih mungkin membutuhkan perawatan intensif dan membantu mengelola tekanan darah.

"Bila dilihat dari sudut pandang seorang endokrinologis, masuk akan bahwa pasien virus corona Covid-19 yang paling sakit memiliki tingkat kortisol yang lebih tinggi," kata penulis utama studi, Profesor Waljit Dhillo dari Imperial dikutip dari Mirror.

Ilustrasi pasien virus corona Covid-19 [Shutterstock].
Ilustrasi pasien virus corona Covid-19 [Shutterstock].

Sekitar 3 bulan lalu, Profesor Waljit bersama rekan penelitinya mulai melihat gelombang pasien virus corona Covid-19 di rumah sakit London. Mereka hanya memiliki sedikit informasi tentang cara terbaik membuat triase orang.

"Sekarang, saat orang tiba di rumah sakit, kami memiliki penanda sederhana lain untuk digunakan bersaman dengan tingkat saturasi oksigen untuk membantu kami mengidentifikasi pasien yang perlu dirawat dan tidak," jelasnya.

Perlu dipahami, kortisol diproduksi oleh tubuh sebagai respons terhadap stres, seperti penyakit, memicu perubahan metabolisme, fungsi jantung dan sistem kekebalan tubuh untuk membantu tubuh kita mengatasinya.

Kadar kortisol yang sehat berkisar 100-200 nm/L dan hampir 0 ketika seseorang tidur. Saat pasien yang sakit memiliki kadar kortisol rendah, maka kondisinya bisa mengancam jiwa.

Tetapi, tingkat kortisol yang berlebihan bisa sama berbahayanya. Kondisi ini bisa menyebabkan peningkatan risiko infeksi dan hasil yang buruk.

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

Pada studi baru, peneliti mengamati 535 pasien, termasuk 403 orang dengan virus corona Covid-19. Mereka menemukan kadar kortisol pada pasien Covid-19 secara signifikan lebih tinggi daripada mereka yang tidak terinfeksi virus tersebut.

Pada tkelompok virus corona Covid-19, tingkat kortisol setinggi 3.241 yang jauh lebih tinggi daripada setelah operasi besar, yakni sebelumnya hanya 1.000.

"Memiliki indikator awal di mana pasien bisa memburuk lebih cepat akan membantu kami dengan memberikan tingkat perawatan terbaik secepat mungkin," kata Profesor Waljit.

Selain itu, tim medis juga bisa memperhitungkan kadar kortisol ketika mencari cara terbaik untuk merawat pasien.

Pada pasien virus corona Covid-19, mereka yang memiliki level dasar kortisol 744 atau kurang, rata-rata mampu bertahan hidup selama 36 hari. Pasien dengan level kortisol di atas 744 memiliki kelangsungan hidup rata-rata hanya 15 hari.

Studi ini melibatkan 535 pasien yang dirawat di tiga rumah sakit di London, termasuk Charing Cross, Hammersmith dan St Mary's. Pasien-pasien ini telah terinfeksi virus corona Covid-19 antara 9 Maret hingga 22 April 2020.

Berita Terkait

Berita Terkini