Info

Aman Digunakan, Plasma Darah Pasien Covid-19 yang Sembuh Bisa Jadi Terapi

Ditemukan bahwa efek samping serius pasien Covid-19 juga terus berkurang usai menjalani transfusi plasma darah.

Yasinta Rahmawati

Ilustrasi transfusi plasma darah. (Pixabay)
Ilustrasi transfusi plasma darah. (Pixabay)

Himedik.com - Plasma darah diyakini dapat membantu mengatasi Covid-19. Baru-baru ini para peneliti di New York, Amerika Serikat telah menemukan keamanan soal pengobatan transfusi plasma darah dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh.

Penelitian yang dilakukan terhadap 20.000 pasien Covid-19 rawat inap rumah sakit yang diterbitkan dalam Mayo Clinic Proceedings, menunjukkan bahwa pemberian plasma darah kepada orang-orang di awal penyakit mungkin bermanfaat.

"Upaya kami untuk memahami plasma pemulihan terus berlanjut. Kami optimis tetapi harus tetap objektif karena kami menilai peningkatan jumlah data," kata pemimpin penelitian Michael Joyner dari Mayo Clinic di Amerika Serikat, dikutip dari Times of India.

Laporan keamanan menilai tujuh hari setelah transfusi untuk pasien Covid-19 rawat inap yang dilakukan antara 3 April dan 11 Juni. Mereka dianggap berisiko mengembangkan kondisi parah atau mengancam jiwa.

Temuan menunjukkan bahwa angka kematian tujuh hari turun menjadi 8,6 persen dibandingkan dengan 12 persen dalam studi keselamatan sebelumnya dari 5.000 pasien pertama yang ditransfusikan. Efek samping serius pun terus berkurang.

Plasma darah hasil donor. (Shutterstock)
Plasma darah hasil donor. (Shutterstock)

Tetapi penulis mengingatkan bahwa hanya berpatokan pada laporan ini saja tidak memberikan bukti tentang efektivitas plasma konvalesen untuk mengobati Covid-19.

Dengan semakin cepatnya penggunaan terapi, penelitian kini memperluas fokusnya untuk menentukan indikator keberhasilan. Pada saat ini, terapi plasma konvalesen adalah satu-satunya terapi berbasis antibodi untuk Covid-19.

Para peneliti mengatakan bahwa sementara tingkat kematian telah menurun, pasien di bagian akhir penelitian berkurang risiko sakit kritisnya.

Mereka juga mengatakan penurunan mungkin sebagian karena perbaikan perawatan medis berdasarkan peningkatan pengetahuan selama pandemi dan bahwa lebih banyak pasien menerima plasma darah lebih awal dalam perawatan rumah sakit mereka.

Berita Terkait

Berita Terkini